“Hendaknya kita menjaga bilik tidur dari berbagai pertentangan ataupun masalah,” kata si suami, disetujui isterinya.
Seperti halnya rumah tangga lain, rumah tangga mereka juga tidak selamanya bebas masalah. Mereka pernah bertengkar, suami pernah marah pada isteri, isterinya juga pernah marah pada suami.
“Namun di kala kami memasuki bilik tidur,” lanjut si suami, “semua pertengkaran dan marah itu hilang , seolah tak terjadi apa-apa diantara kami.”
“Pagi harinya di saat kami terbangun, kami pun sudah lupa dengan pertengkaran kami,” sambungnya.
Anda para suami dan isteri juga boleh membina kesepakatan serupa, lalu merasakan “mukjizat” yang sama.
Satu hal yang perlu difahami oleh suami maupun isteri adalah ,bahwa keluarga bahagia bukanlah keluarga tanpa masalah . Maka di dalam hati isteri dan suami, keduanya menyiapkan ruang untuk masalah yang mungkin timbul. Dengan adanya ruang itu, suami dan isteri mampu menampung masalah yang terjadi, tidak depresi apalagi memutuskan sedikit masalah dengan bercerai. Na’udzubillah.
Bahkan keluarga Rasulullah pun pernah didera masalah. Aisyah pernah cemburu hingga membuat jatuh dulang berisi makanan dari isteri lainnya yang dihantar oleh pembantunya. Rasulullah juga pernah dibuat “susah” oleh isteri-isterinya yang cemburu kepada Zainab binti Jahsy kerana di sana Rasulullah dijamu madu. Demi “berdamai” dengan isteri-isterinya itu, Rasulullah pernah mengharamkan madu untuk dirinya sendiri. Namun kemudian Allah mengingatkannya dengan menurunkan surat At-Tahrim.
Rasulullah bahkan pernah dituntut oleh isteri-isterinya untuk menaikkan nafkah kepada mereka, lalu Allah memberi petunjuk apakah tetap dengan kezuhudan dalam keluarga Rasulullah atau diberi harta yang banyak tapi dicerai. Mereka pun memilih tetap bersama Rasulullah.
Menyedari masalah boleh timbul, suami isteri kemudian perlu mekanisme untuk menyelesaikannya. Salah satunya, dengan tidak memperlama masalah dan membuat masalah kecil segera diselesaikan. Men'steril'kan bilik tidur dari masalah boleh menjadi alternatifnya. Biarkan kehangatan dan kemesraan di sana menggilas masalah-masalah itu hingga tak tersisa. Dan ternyata, cara itu bukan hanya diterapkan teman Mohammad Al-Khady.
“Apapun masalah yang kami alami,” seorang suami menuturkan, “atau berselisih dalam berbagai hal, setelah aktiviti di bilik tidur segalanya menjadi lebih baik, yang hadir kemudian adalah senyuman.”
Mengapa? Sebab di bilik tidur, kadar mawaddah akan bertambah. Di bilik tidur, kepuasan biologis dan ketenangan psikis boleh diperolehi. Di saat seperti itu, dada semakin lapang. Jiwa makin luas menerima pasangan. Dan suami isteri lebih mudah saling memaafkan.
Mungkin kerana pentingnya urusan bilik tidur inilah, ia menjadi salah satu “terapi” dalam Islam jika isteri melakukan pelanggaran atau durhaka. Namun, ia bukan langkah pertama, melainkan langkah berikutnya. Yakni langkah mengingatkan atau nasihat tak lagi berguna, barulah isteri dibiarkan sendiri di tempat tidurnya.
Maka jika malam tiba
Berhiaslah untuknya
Bilik cinta adalah istana dua jiwa
Peraduan selaksa pesona
Hanya ada cumbu canda dan kasih mesra
Lalu biarlah ia menyapu segala problema
Wallaahu a’lam bish shawab.
sumber: zilzaal
No comments:
Post a Comment