"Serangkap perkataan sudah cukup untuk mereka yang mahu mengambil iktibar, tetapi seribu perkataan tidak cukup bagi mereka yang keras hati"

(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)

Wednesday 26 December 2012

DAKWAH MELALUI AKHLAK....





Alkisah
, seorang ayah teramat marah apabila  anak sulungnya diketahui hadir di salah satu
masjid, untuk mengikuti pengajian yang akan disampaikan oleh Ustaz Hasan Al-Banna.

Si ayah, bergegas memasuki masjid. Ia melihat putranya berada di tengah jamaah yang berasak-asak . Tanpa basa basi kepada jamaah di sekitar, ia berteriak keras, menghampiri si anak, lantas memegang tangan dengan kuat dan menggusurnya keluar
masjid.


Ketika  di luar, si ayah sibuk mencari-cari sandalnya. Setelah sandal ditemukan, ia hendak
mengenakannya sambil  berdiri.  Namun, ia kehilangan keseimbangan, dan hampir terjatuh. Pegangan si anak tidak terlalu kuat. Namun saat goyah itu, tiba-tiba dari arah tepinya  ada seorang anak muda yang cepat memegangnya dan menyodorkan sandalnya. Ia membongkokkan badan, mempersilakan si ayah memakai sandal.

Si ayah terkesima. Ia lantas bertanya, "Mengapa kamu lakukan itu?" Ia menjawab, "Kerana Islam memerintahkan kita untuk menghormati orang tua."
"Siapa namamu, anak muda?"
"Hasan Al-Banna."
"Hah Hasan Al-Banna?"
"Ya,"
"Jika begitu, bawalah anakku ini berguru padamu. Ada  satu lagi, akan kukirim mengaji padamu."

Itulah akhlak dari pelanjut dakwah Rasul, Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna. "Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak-akhlak terpuji." Sosok dengan kelembutan akhlaknya membuat penjajah Inggeris dan Perancis
ketar-ketir.
Kerana penjajah tahu, dakwah dengan akhlak yang mampu meluluhkan hati, menundukkan fikroh, dan memecahkan kerasnya 'ashobiyah. Rasul tidak mengatakan, "Tidaklah aku diutus melainkan untuk menegakkan syariah atau menegakkan khilafah atau politik atau bisnes, dan lainnya.
Mengapa?  Kerana akhlak adalah RUH yang menjadi SPIRIT bagi setiap langkah seorang hamba saat berhubungan dengan AL-KHALIQ dan Al-Makhluk.

Tanpa akhlak, sistem ekonomi menjadi RIBAWI. Tanpa akhlak, MANDAT menjadi LAKNAT. Terlepas mandat itu melalui sistem monarkhi, demokrasi, sosialis, atau Khilafah sekalipun.Tanpa akhlak, ideologi menjadi MOMOK menakutkan.Tanpa akhlak, hubungan sosial menjadi SIALAN. Tanpa akhlak, Dakwah yang mengajak pun jadi MENGEJEK.

Wahai diri dan jiwa-jiwa yang berharap meraih surga.
Mari hadapkan jiwa kita kepada agama yang hanif. Agama yang sesuai fitrah suci. Maka ajakan, doktrin,atau  ajaran yang bertentangan dengan fitrah ... pasti kerana jauh dari AKHLAK.


sumber: zilzaal

Tuesday 25 December 2012

AKU MENIKAHIMU KERANA ALLAH....




Pernikahan Islam

Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkahwinanku. Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,

“Jadi juga kau nikah dengan guni karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat terngiang-ngiang  mendengar ucapan itu. Masakan calon isteriku disebut ‘guni karung hitam’.

“Kamu sudah kena buatan  barangkali Yanto. Masakan  suka dengan gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.

“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah kepada  ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.

“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu berbanding keluargamu. baiklah Yanto. Silakan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”

Denggg!!

“Yanto…. jangan termenung terus. Sebentar lagi jurunikah  tiba,” teguran Ismail membuyarkan lamunanku.

Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

“Alhamdulillah jurunikah  sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.

“Aku terima nikahnya, kahwinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin sepasang  alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.

“Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”

Isteriku


Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.

“Assalamu’alaikum …. permintaan hafalan Qur’annya mau di cek bila ye’…?”

tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.


Sebelum menikah, isteriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
“Nanti saja dalam qiyamullail,” jawab isteriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut tudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah isteriku ‘tidak menarik’. Sekilas  fikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.

Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

“Bang, sudah saya katakan sejak awal ta’aruf, bahwa fizik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristerikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayah kepada Imam Malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada iserinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibu kepada  Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka,” …

"Dan bergaullah dengan mereka (isterimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerana mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur isteriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu dengan halus. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

Kasih Sayang

“Ya Rabb aku menikahinya kerana Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.”

Perlahan kudekati isteriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam deakapanku. Sementara, isteriku menangis tersedu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.

“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.

“Tidak…Dik’. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu kerana Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a kubentangkan pada Nya.

Robbi, tak dapat kumungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih isteri kerana rupa yang cantik kerana aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa

cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !


Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah isteriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam- malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.

Ia sentiasa menjaga hafalan Kitab-Nya. Dan sentiasa melaksanakan shoum sunat.
.

“…dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah …” (QS. al- Baqarah:165)

Bahawa cinta itu memerlukan pembuktian, dan aku berharap inilah tanda cinta itu. Aku hanya mengharap redha Allah, dan melupakan kehendak nafsuku sendiri.

=========================================

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat Yang Maha Pengasih…


sumber:  http://tausyah.wordpress.com

Sunday 23 December 2012

Berkat Sekilogram Tepung...

Wanita ini pada asalnya tidak mempunyai asas membuat kerepek.




SIAPA
sangka di sebalik kejayaan wajah tua ini tersimpan seribu satu kenangan pahit yang pernah di tempuhinya dahulu?

Segalanya bermula dengan pantas sekitar tahun 1997 semasa Malaysia mengalami masalah kegawatan ekonomi yang teruk.

Kesusahan hidup yang dialami Siti Amanah Sidek, 57, membuatkan dirinya nekad untuk berkecimpung dalam dunia perniagaan.

“Kehidupan di Tanah Rancangan Felda memang terlalu susah pada waktu itu. Memang tidak sama dengan apa yang kita lihat sekarang.

“Dahulu hendak mandi pun kena angkut air di perigi atau sungai berdekatan. Rumah pula hanya beratapkan zink dan berdindingkan kayu cukup sekadar untuk berlindung daripada hujan dan panas.

“Tetapi sekarang semua sudah berubah. Pendek kata, buka mata sahaja siaplah semua,” katanya memulakan bicara.

Membuka cerita mengenai kisah kehidupan silamnya, wanita yang selesa dipanggil Ummi itu berkata, dia memulakan perniagaan kerepek dengan hanya bermodalkan sekilogram tepung dan minyak sahaja.

Perniagaan yang diceburinya itu bermula dengan niat untuk membantu menjana pendapatan keluarga memandangkan suaminya hanya mengusahakan kebun kecil di belakang rumah.

Legasi perniagaan

Anak-anaknya pula pada waktu itu masih dalam alam persekolahan yang memerlukan perbelanjaan besar untuk membeli kelengkapan sekolah.

“Secara jujurnya, saya tiada asas dalam pembuatan kerepek. Saya belajar melalui pemerhatian terhadap kawan-kawan yang menjalankan perniagaan kerepek.

“Kemudian bila balik sahaja rumah, saya praktikkan apa yang saya nampak dan olah sedikit demi sedikit sehingga rasa kerepek itu ada,” katanya kepada Jurnal.

Melalui fasa naik dan turun sama seperti pengusaha-pengusaha yang lain, dia mengakui bukan mudah untuk bertahan sehingga ke hari ini. Lebih-lebih lagi bagi insan sepertinya yang bukan datang daripada keluarga senang.

Malahan, penglibatannya dalam perniagaan kerepek ibarat bidan terjun yang hanya bermodalkan sekilogram tepung dan minyak.

“Dahulu masa baru-baru mula berniaga susah untuk saya dapatkan pelanggan. Sehari pun belum tentu ada kerepek yang terjual.

Perusahaan makanan

“Mana tidaknya, saya hanya menjual kerepek tepung biasa yang disira sambal. Orang lain pula bermacam-macam jenis dan rasa kerepek yang dijualnya,” katanya.

Ibu kepada lima orang cahaya mata itu bagaimanapun tidak pernah kenal erti putus asa. Menurutnya, dia pernah menjaja di sekeliling kampung semata-mata untuk menjual kerepek.

Lima tahun kemudian kerepeknya mula mendapat sambutan, tetapi dia pula berdepan dengan masalah pengeluaran produk.

Ini kerana kerepek-kerepek tersebut dihasilkan tanpa penggunaan mesin ataupun tenaga kerja yang lain.

Namun segalanya berubah tiga tahun kemudian apabila dia mula mendapat bantuan daripada Jabatan Pertanian.

Bantuan tersebut membolehkan Ummi untuk mendapatkan bantuan dari segi perkakas membuat kerepek.

Tuah ayam nampak di kaki, tuah manusia tak siapa tahu. Siapa sangka, kesabaran menggunung Ummi membolehkannya melebarkan legasi perniagaannya. Daripada kerepek yang dibungkus menggunakan plastik lutsinar tanpa nama tetapi kini namanya menjadi jenama produknya.

Perusahaan Makanan Ummi kini merupakan satu produk makanan berasaskan kerepek yang dikenali di seluruh negeri Johor dan Singapura.

“Dahulu saya hanya mampu untuk menghasilkan sejenis kerepek sahaja dengan menggunakan tepung dan kemudian disira dengan sos pedas.

“Tetapi kini saya mampu menghasilkan pelbagai jenis kerepek seperti kerepek tiram, pagoda, ubi pedas dan cakar ayam,” ujarnya.

Tambahnya, perniagaan yang bermodalkan sekilogram tepung itu membuahkan hasil apabila dia mampu menghasilkan beberapa jenis kerepek yang lain seperti kerepek bawang, ubi pedas, jejari pedas, selayang manis serta selayang pedas.

Perniagaan yang dahulunya hanya dilakukan di rumah berdindingkan papan dan beratapkan zink telah berakhir. Kini, ummi mempunyai kilang memproses kerepeknya sendiri dengan perkakas-perkakas canggih untuk tujuan perniagaan.

Jika dahulu dia membanting tulang seorang diri dan kadangkala dibantu oleh anak-anaknya, kini setelah hampir 15 tahun Ummi meneruskan legasi perniagaannya dengan mengupah seramai tujuh orang pekerja.

sumber : Kosmo! Online (23/12/12)

Wednesday 19 December 2012

KISAH BENAR: MAYAT BUSUK DAN BERULAT




Pengalaman seorang Jurumandi Mayat Daerah Gombak, Selangor.
Kisah benar ini diceritakan oleh Ustaz Abu Bakar Abdul Aziz.


Ia berlaku di kawasan daerah Gombak di mana jurumandi memandikan jenazah yang agak kaya orangnya dan berpengaruh.

Begini ceritanya :-

Saya telah terlibat dalam pengurusan jenazah lebih daripada 20 tahun. Pelbagai pengalaman telah saya lalui kerana dalam tempoh itu bermacam-macam jenis mayat yang telah saya uruskan. Ada yang meninggal dunia akibat kemalangan, sakit tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya.

Bagaimanapun, pengalaman menguruskan satu jenazah di sebuah tempat di sempadan Selangor dan Wilayah Persekutuan beberapa tahun yang lalu, telah mendedahkan saya kepada satu kes yang cukup ‘istimewa’ sepanjang pengalaman saya menguruskan jenazah. Inilah kali pertama saya bertemu dengan satu jenazah yang cukup aneh, menyedihkan, menakutkan dan sekali gus menberikan banyak iktibar.



Peristiwa tersebut berlaku dua hari lagi sebelum pilihanraya di Serkam, Melaka. Nama tempat dan nama orang yang meninggal itu tidaklah dapat saya nyatakan di sini. Ia terjadi secara kebetulan ketika saya diminta oleh anak Allahyarham menguruskan jenazah bapanya.

Pada hari itu, saya pergi ke rumah seorang sahabat untuk mengubatkan mata ibunya bagi kali yang terakhir. Niat saya ialah supaya mata ibu tadi sembuh dan boleh membaca Al-Quran. Tetapi apabila saya hendak pulang, anak Allahyarham datang menemui sahabat saya tadi dan bertanya sama ada saya mengurus jenazah atau tidak.

Kawan saya kata, “Cubalah tanya dia sendiri.” Kawan saya ada memberitahu saya dua bulan yang lepas bahawa saya sahaja yang mengadakan kursus dalam hal menguruskan jenazah. Anak Allahyarham menemui saya. Saya beritahu dia bahawa jenazah tidak elok dibiarkan lama-lama.

Jenazah Yang Busuk

Saya terus pergi ke rumahnya. Tapi bila saya hampir sampai ke rumah Allahyarham, saya bau jenazah itu sangat busuk. Baunya cukup pelik dan busuk. Saya telah menguruskan banyak jenazah tetapi tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini.Bila saya tengok wajah Allahyarham, sekali lagi hati saya tersentuh. Saya tengok wajahnya seperti sedang dirundung oleh bermacam-macam perasaaan…takut, cemas, kesal dan bermacam-macam lagi. Wajahnya seperti tidak mendapat nur daripada Allah SWT.

Kemudian saya pun ambil kain kafan yang dibeli oleh anak Allahyarham dan saya potong-potongkan. Secara kebetulan pula, di situ ada dua orang yang mengikuti kursus pengurusan jenazah yang pernah saya jalankan. Saya ajak mereka membantu saya dan mereka bersetuju.

Najis Melalui Mulut

Tetapi semasa memandikan mayat itu, peristiwa pertama berlaku. Untuk makluman pembaca, apabila memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit dan perutnya hendaklah diurut urut untuk membolehkan najis keluar. Maka saya pun urut urutkan perut Allahyarham.

Tapi apa yang berlaku pada hari itu amatlah mengejutkan. Allah itu Maha Berkuasa kerana pada hari tersebut, najis tidak keluar daripada dubur mayat tadi tetapi melalui mulutnya. “Lain macam saja ni”, fikir saya. Lalu saya ubah sedikit teknik dan posisi mayat itu dan saya urut-urutkan lagi perutnya.

Tapi najis itu tetap keluar dari mulutnya. Hati saya berdebar-debar. Apa yang sedang berlaku di depan saya ini? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan najis. Saya harap ia tidak akan berulang lagi kerana saya mahu mengurut perutnya bagi kali yang terakhir. Tiba-tiba ketentuan Allah berlaku. Bila saya urut perutnya, keluarlah daripada mulut mayat itu najis bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti ulat najis. Warnanya putih. Dari mana datangnya ulat itu, jangan tanya saya.

Allahyarham meninggal dunia akibat diserang sakit jantung dan waktu kematiannya dengan waktu saya menguruskan mayatnya cuma lima jam setengah sahaja jaraknya. Aneh, bagaimana dalam tempoh yang sebegitu singkat mayatnya boleh menjadi sedemikian rupa? Saya lihat wajah anak Allahyarham. Mereka seperti terkejut. Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku pada bapa mereka.

Saya tengok dua orang pembantu tadi, mereka juga terkejut dan panik. Lalu saya bacakan doa untuk mengelakkan badi mayat dan sapukan ke muka mereka. Saya kata kepada mereka, “Inilah ujian Allah kepada kita”. Kemudian saya minta salah seorang daripada pembantu tadi memanggil kesemua anak Allahyarham.

Anak-anak Allahyarham

Allahyarham pada dasarnya seorang yang beruntung kerana mempunyai tujuh orang anak, dan semuanya lelaki. Seorang berada di luar negeri dan enam lagi berada di sini. Bila semua anak Allahyarham masuk, saya marahi mereka. Saya mengingatkan mereka bahawa tanggungjawab saya hanyalah membantu menguruskan jenazah bapa mereka, bukan menguruskan sepenuhnya tanggungjawab tersebut.

Sepatutnya sebagai anak, merekalah yang lebih afdal menguruskan jenazah bapa mereka itu, bukannya tok imam, tok bilal, tok siak. Saya kata, mungkin satu masa dahulu ibu mereka sibuk maka Allahyarham pernah memandikan mereka. Itulah jasa dan pengorbanan seorang bapa.

Tetapi saya kesal kerana dalam saat-saat begini anak-anak Allahyarham tidak langsung hendak membalas jasa bapa mereka itu.

Ulat-alat Hidup

Saya kemudiannya meminta izin serta bantuan mereka untuk menonggengkan mayat itu. Takdir Allah, apabila ditonggengkan sahaja mayat tersebut, tiba-tiba keluarlah ulat-ulat yang masih hidup. Hampir sebesen banyaknya.

Besen itu boleh dianggarkan besar sedikit daripada penutup bilah kipas meja. Subhanallah….suasana menjadi semakin panik. Saya terus bertenang dan berharap tidak berlaku lagi kejadian-kejadian yang lebih ganjil. Selepas itu saya mandikan semula mayat tersebut dan saya ambilkan wuduk.

Saya minta anak-anaknya mengambil kain kafan. Saya bawa mayat tersebut ke dalam biliknya dan tidak diizinkan seorang pun melihat upacara itu kecuali waris yang terdekat, sebab saya takut perkara-perkara yang lebih aib akan berlaku.

Kain Kafan Cukup2


Takdir Allah jua yang menentukan. Apabila mayat ini diletakkan di atas kain kafan, saya dapati kain kafan itu cukup-cukup memarasi hujung kepala dan kakinya, tidak ada lebih. Maka saya tak boleh nak ikat kepala dan kakinya. Tidak keterlaluan kalau saya katakan bahawa kain kafan itu seperti tidak mahu menerima mayat tadi.

Tidak apalah, mungkin saya yang silap semasa memotongnya. Lalu saya ambil baki kain, saya potongkan dan tampungkan di tempat-tempat yang kurang. Memang kain kafan jenazah itu jadi tidak berapa elok, tetapi apa nak buat Itu sahaja yang boleh saya lakukan.

Pada masa yang sama saya berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jangan Kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sekadar peringatan kepada hambamu ini”. Selepas itu saya berikan taklimat tentang sembayang jenazah. Tiga kali taklimat diberikan. Yang hadir cuma 13 orang saja.

Tiada Kereta Jenazah


Selepas menyembahyangkan jenazah tadi, satu lagi masalah timbul. Jenazah itu tidak dapat dihantarkan ke tanah perkuburan kerana tidak ada kereta jenazah. Saya hubungi JAWI, JAIS, Pusat Islam, DBKL, Polis dan sebagainya, tetapi yang peliknya, mereka juga tidak mempunyai kereta jenazah kerana kereta yang ada sedang digunakan.

Dalam keadaan itu, seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar untuk membolehkan dia mengeluarkan van dari garaj rumahnya. Kemudian muncullah sebuah van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk meletakkan vannya itu di kawasan rumah Allahyarham, tiba-tiba isterinya keluar.

Dengan suara yang tegas dia berkata di khalayak ramai, “Abang, saya tak benarkan kereta saya ini digunakan untuk mengangkat jenazah itu sebab semasa hayatnya dia tidak pernah benarkan kita naik keretanya”. Renungkanlah, kalau tidak ada apa-apa sebab, tidak mungkin seorang wanita yang lembut hatinya akan berkata demikian.

Jadi saya suruh tuan punya van itu membawa vannya balik. Selepas itu muncul pula seorang lelaki menawarkan bantuannya. Lelaki itu mendakwa dia adalah anak murid saya. Dia meminta izin daripada saya dalam 10-15 minit untuk membersihkan keretanya itu. Dalam jangka waktu yang ditetapkan itu, muncul kereta tersebut. Tetapi dalam keadaan yang basah kuyup.

Lori Ayam


Kereta yang dimaksudkan itu sebenarnya adalah sebuah lori, dan lori itu digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam. Renungkanlah, pernahkan kita melihat satu jenazah dibawa ke kubur dengan lori ayam? Dalam perjalanan menuju ke kawasan perkuburan, saya berpesan kepada dua pembantu tadi supaya ahli masyarakat tidak payah membantu kami menguburkan jenazah tadi.

Saya suruh mereka pergi kubur saudara mara dan sahabat mereka, itu lebih baik. Saya tidak mahu mereka melihat apa-apa lagi peristiwa ganjil. Rupanya apa yang saya takutkan itu berlaku sekali lagi – takdir Allah yang terakhir amat memilukan. Bila sampai sahaja jenazah tersebut ke kuburnya, saya perintahkan tiga orang anaknya turun ke dalam liang lahad dan tiga lagi turunkan jenazah.

Air Hitam Busuk

Takdir Allah, apabila jasad jenazah itu mencecah sahaja ke bumi, tiba tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah-celah bumi yang pada asalnya kering. Hari itu tidak hujan, tetapi dari mana datangnya air itu? Sukar untuk saya menjawabnya.

Lalu saya arahkan anak Allahyarham supaya sendalkan jenazah bapa mereka dengan kemas. Saya takut nanti ia akan terlangkup….na’uzubillah. Kalau mayat terlangkup, tidak ada harapan untuk mendapat syafaat Nabi saw.

Tanah Becak

Papan keranda diturunkan dan kami segera kambus kubur tersebut. Selepas itu kami injak-injakkan tanah supaya mampat dan bila hujan ia tidak mendap. Tapi sungguh menyayukan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becak. Saya tahu, jenazah berkenaan ditenggelamkan oleh air hitam yang busuk itu. Melihatkan keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak Allahyarham supaya berhenti menginjakkan tanah itu. Tinggalkan dalam suku meter, timbus dan bataskan.

Ertinya kubur itu tidak dikambus hingga ke permukaan lubangnya, tetapi ia seperti kubur berlubang. Tidak cukup dengan itu, apabila saya hendak membacakan talkin, saya tengok tanah yang diinjak itu ada kesan serapan air. Masya-Allah, dalam sejarah hidup saya, inilah julung-julung kalinya peristiwa seperti itu terjadi. Melihatkan keadaan itu, saya mengambil keputusan untuk menyelesaikan pengebumian secepat mungkin. Sejak sekian lama terlibat dalam pengurusan jenazah, inilah mayat yang saya tidak talkinkan.

Saya cuma bacakan tahlil dan doa yang paling ringkas. Setelah itu saya pulang ke rumah Allahyarham dan himpunkan keluarganya. Saya bertanya kepada isteri Allahyarham, apakah yang telah dilakukan oleh Allahyarham semasa hayatnya.

Adakah dia pernah menzalimi orang alim, mendapat harta secara merampas, menipu rasuah, memakan harta masjid dan anak yatim? Isteri allahyarham tidak dapat memberikan jawapan. Memikirkan mungkin dia malu untuk memberitahu, saya tinggalkan nombor telefon rumah saya. Tetapi sedihnya, sehingga sekarang tidak seorang pun anak-anak Allahyarham menghubungi saya.

Untuk pengetahuan umum, anak-anak Allahyarham merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi sehingga ada seorang yang beristerikan orang Amerika, seorang dapat isteri orang Australia dan seorang lagi isterinya orang Jepun. Saya bertambah sedih apabila dua orang yang membantu saya menguruskan jenazah tadi menelefon saya.

Mereka kata mereka menyesal membantu saya menguruskan jenazah Allahyarham kerana anak-anak Allahyarham telah menjadikan mereka sebagai musuh. Saya bertanya, adakah mereka menceritakan kisah itu kepada masyarakat? Mereka kata ‘TIDAK’. Peristiwa ini akan tetap saya ingat sampai bila-bila. Kepada masyarakat, tanyalah diri kita adakah kita mahu peristiwa itu terjadi pada diri kita sendiri, ibu bapa kita, anak kita atau kaum keluarga kita? Adakah kita mahu peristiwa ini berlaku berulang-ulang kali sehingga sampai satu masa nanti di mana masyarakat menganggap peristiwa ini sebagai perkara biasa?


sumber: biaqpila.blogspot

Sunday 9 December 2012

AKU HANYA PERLUKAN SEDIKIT PERHATIAN...


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami dapat  tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasiliti  yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pencen  dan menuai hasil usaha  kami. Tiba-tiba isteri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak.

Lalu sejak kematian isteri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami kerana anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya kerana mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.



Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi khabar melalui telefon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan bahawa  dia akan menjual rumah kerana selain tidak effisien juga  saya dapat ikut tinggal dengannya.

Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya kerana  saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan ?
Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain.
Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita didalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain kera
na dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan isterinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di rumah orang tua2 dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini
tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya.
Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya boleh  mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari dermawan-dermawan yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.

Lalu....

*Sampai hatikah kita membiarkan  ayah dan ibu  kesepian dan menyesali hidupnya hanya kerana semua kesibukan hidup kita.
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ziarah dan senangkanlah hati mereka...
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

Wallahu a'lam bish-shawab ...

Semoga kita dapat mengambil pengajaran yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

Thursday 6 December 2012

KISAH BENAR: MAYAT SI GADIS....



Bismillah....
Mungkin kisah ini dapat memberi pengajaran kepada kita semua yang masih hidup ini....

Sebagai pemandi mayat selama 13 tahun di Saudi Arabia, ia belum pernah melihat pemandangan seperti ini. Ketika ia membuka selimut yang menutupi mayat tersebut ia terus pengsan. Beberapa wanita datang berusaha menyedarkannya, setelah ia sadar Fulanah segera menemui ibu si mayat tersebut dan bertanya," wahai ukhti seumur hidupku aku belum pernah melihat kondisi jasad yang demikian, aku melihat jasad puterimu dalam keadaan menari (berjoget) ,apa yang dilakukan putrimu di masa hidupnya??"

Sang ibu dengan teresak2 menceritakan, bahwa puterinya semasa hidupnya dipenuhi  muzik dan nyanyian. Ia terobsesi dengan muzik, terlebih usianya yang baru menginjak remaja , sulit bagi siibu untuk menasehatinya. Ia senang menonton lagu-lagu favorit yang sedang hit dalam video klips, menyukai penyanyi-penyanyi tersebut dengan penuh cinta. Hidupnya hanya di isi dengan nyanyian dan muzik.

Suatu hari gadis belasan tahun itu datang ke satu pesta, kerana memang ia diundang oleh kawannya. Dalam sebuah pesta tentu saja didalamnya ada nyanyian dan muzik. Maka ketika lagu kesayangannya dinyanyikan ia tidak dapat menahan dirinya. Mulailah ia menari (berjoget) dan bernyanyi dengan riangnya.

Dalam keadaan yang sangat bersemangat itu tiba-tiba ia terjatuh dan tubuhnya melanggar meja di depannya. Ia tak sedarkan diri, orang-orang di sekitarnya berusaha menolongnya dan mereka mendapati gadis itu telah tiada. Dan, tubuhnya kaku (benar-benar kaku dan keras)tidak dapat digerakkan. Dengan posisi tangan meliuk di atas kepala (sebagaimana layaknya orang berjoget).

Setelah mendengar penjelasan si ibu, Fulanah berusaha memandikan mayat gadis malang itu ia pun berusaha memposisikan jasad si gadis sebagaimana layaknya mayat yang akan dikafankan. Tapi, subhanallah jasad itu benar-benar kaku seperti batu, ia tidak dapat membengkokkan tangan si mayat, akhirnya ia pasrah membungkus mayat dalam keadaan sebagaimana adanya.

Jika akhir hidup manusia yang menggemari para penyanyi seperti diatas mendapatkan hukuman seperti itu, bolehkah kita membayangkan bagaimana keadaan para penyanyi (artis) itu sendiri bila mereka tidak segera bertaubat kepada Allah ?

Tidakkah kita mengambil ibrah ini wahai hamba Allah?? Tidak menjadi jaminan usia yang muda tidak akan diburu ajal! Tidakkah kita takut ketika kita melakukan maksiat tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita dengan mendadak? Berapa banyak generasi salaf takut akan kondisi diatas, mati dalam keadaan suul khatimah (akhir yang buruk).

Ada diantara mereka yang senantiasa berdoa agar Allah mewafatkan mereka ketika mereka sedang sujud sehingga Allah pun mengabulkan doanya. Semoga Allah menjadikan kita sentiasa istiqamah dalam ketaatan dan mengakhiri hidup kita dengan husnul khatimah.amin.

Sumber: Daurah Syar’iyah Muslimah Mahad Darul Hidayah, Rabwa, Riyadh.

via: zilzaal