"Serangkap perkataan sudah cukup untuk mereka yang mahu mengambil iktibar, tetapi seribu perkataan tidak cukup bagi mereka yang keras hati"
(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)
(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)
Friday, 29 March 2013
BERKAT YOUTUBE AKU BERSUJUD...
Nicole Queen
KisahMuallaf.com -
“Teman-temanku menunjukkan tayangan kuliah di Youtube. Aku pun lalu melihat dan mencari segala hal tentang Islam,” ungkap Nicole Queen mengawali kisahnya.
Ia melanjutkan, ”Dari situ, aku justru ketagihan untuk terus menonton. Aku terus di depan komputer menontonnya hingga jam lima pagi,” tutur Nicole Queen, mualaf berasal Dallas, Amerika Syarikat.
Nicole Queen tak pernah menyangka, berkat tayangan sederhana di Youtube itu akan membawanya pada pintu hidayah, memeluk agama Islam.
Sudah hampir enam tahun Nicole menjalani hidup sebagai sosok baru, seorang Muslimah. Sebelumnya, ia adalah seorang anak baptis dan tumbuh besar dalam agama Kristian baptis.
Ia pun seorang yang taat dalam memeluk agamanya itu. “Agama pembaptis itu baik, saya pergi ke gereja dan saya selalu mengikuti tuntunan agama,” ujarnya.
Meski taat beragama, Nicole mengakui kehidupannya tak jauh berbeda dengan muda-mudi Amerika kebanyakan. Ia biasa meneguk minuman beralkohol, ke disko, dan hal-hal lain yang biasa dilakukan anak muda Amerika.
Lebih-lebih lagi, profesiannya menuntut dia untuk sering pergi ke tempat-tempat hiburan malam. Ia adalah fotografer di sebuah klub malam.
Hingga suatu hari, banyak pertanyaan menghantuinya. Ia yang rutin beribadah mulai mempertanyakan hakikat ibadah. Ia mulai mempertanyakan tujuan hidup dan kehidupan mendatang. Apakah syurga itu benar-benar ada? Apakah neraka memang benar adanya?
Jika benar, lalu apa yang akan terjadi? Apa yang akan dikatakan kepada Tuhan saat bertemu dengan-Nya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja mengharu biru benak Nicole.
Berawal dari pertanyaan-pertanyaan itu, ia merasa harus ada yang berubah dalam hidupnya. Ia merasa memerlukan sesuatu untuk perubahan itu.
Hanya saja, ia tak tahu apa yang ia perlukan. Ia pun mencurahkan kegelisahan hatinya pada teman-temannya. Dari sinilah, Nicole mulai membuka video-video dalam Youtube.
Mulailah ia menonton tayangan tentang kisah para mualaf Amerika dalam menemukan hidayah Islam. Nicole merasa, apa yang mereka rasakan dan alami amat mirip dengan kehidupannya.
”Jadi, aku merasa seperti berhubungan dengan mereka. Mereka menghadapi tantangan dan menemukan jawaban atas apa yang mereka cari. Dan, itulah yang aku inginkan. Aku ingin jawaban.”
Berkeinginan mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, Nicole pun terus menonton tayangan Youtube. Ia bahkan tak merasakan kantuk kerana begitu antusias.
Tak terasa, ia menontonnya semalam suntuk hingga pukul lima pagi. “Aku menjadi kecanduan. Tapi, hal itu kerana aku ingin jawaban. Aku tidak ingin seseorang memberi tahu apa yang seharusnya aku yakini. Aku hanya ingin tahu mengapa,” tuturnya.
Berkat tayangan Youtube tersebut, Nicole mulai tertarik pada Islam. Awalnya, ia berusaha mencari sendiri segala hal tentang Islam. Namun kemudian, ia memutuskan pergi ke masjid untuk mendapatkan apa yang ia cari.
Beberapa buku dan literatur Islam pun ia dapatkan dari sana. Ia tekun mempelajarinya hingga sampailah ia pada keputusan mahapenting, yakni bersyahadat. Tak banyak keraguan melandanya. Ia pun mantap untuk memeluk Islam. Ia bersyahadat di masjid tersebut.
Setelah memeluk Islam, Nicole benar-benar mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Ia tinggalkan segala kegiatannya dengan teman-teman. Ia pun meninggalkan pekerjaannya sebagai fotografer di klub malam. Gaya busananya pun ia ganti menjadi busana Muslimah.
“Ketika aku mengucap syahadat, aku tak pernah melihat lagi ke belakang. Aku mengubah segala hal dalam hidupku, baik teman, pakaian, pekerjaan, semuanya,” ujarnya.
”Aku segera berubah dan itu tidak sulit kerana aku tahu itu semua adalah hal benar untuk dilakukan. Aku bersyukur kepada Allah kerana berislam,” kisah Nicole dengan wajah berseri.
Segala perubahan itu diketahui si ibu. Awalnya, Nicole dianggap tak serius dengan pilihannya berislam. Namun, ketika melihat putrinya berhijab dan meninggalkan segala hal haram, si ibu mulai sedar bahwa Nicole serius.
Namun, hal itu tak mengundang masalah. Sebab, si ibu melihat perubahan positif pada putrinya sehingga ia tak melarangnya.
“Dia melihat hidupku berubah, aku berpakaian berbeda, meninggalkan hal haram, dan dia menyedari bahwa aku lebih dekat pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, itu membuatnya bahagia.”
Setelah menjadi Muslimah, Nicole kemudian membuat blog pribadi yang mengisahkan perjalanannya menuju Islam. Di blog itu, ia juga mengisahkan perubahan hidupnya setelah bersyahadat.
Tak sedikit teman-temannya yang membaca blog itu. Tak sedikit dari mereka yang mengaku terpesona dengan jalan Islam yang dipilih Nicole.
“Ketika aku menulis tentang kehidupan baruku, mereka merasa, ‘Wow, dia terus bergerak mengubah hidupnya, tapi kami masih melakukan hal yang sama.’ Jadi, teman-temanku pun mengerti, mereka menghormati keputusan yang aku buat.”
Nicole begitu apik mengisahkan perjalanan hidayahnya di blog itu, termasuk perubahan hidupnya yang menjadi amat baik setelah berislam.
”Banyak gadis yang biasa melakukan kebiasan buruk sepertiku dulu, kemudian mereka membaca blogku dan mereka berkomentar bahwa mereka menangis saat membacanya. Mereka kata, tulisanku menyentuh hati mereka dan membuat mereka berfikir untuk melakukan perubahan juga,” tutur Nicole bahagia.
Selain aktiviti menyenangkan menulis blog, diakui Nicole, ada hal tak mengenakkan yang ia rasakan setelah menjadi mualaf. Ia yang begitu bahagia setelah berislam, menghadapi kenyataan bahwa jilbab yang ia kenakan menghambatnya mendapat pekerjaan.
Hanya kerana berjilbab, ia banyak menemui kegagalan dalam wawancara pekerjaan. Namun, pantang baginya untuk bersedih dan putus asa. Ia tetap optimis pada kemampuannya.
Selain masalah pekerjaan, ia pun sering kali ditegur orang saat jalan-jalan di keramaian. Dengan wajah khas Amerika, Nicole yang berjilbab membuat banyak orang terkejut.
”Mereka hairan kerana aku seorang Amerika. Jika mereka bertanya, aku pun akan memberi tahu alasanku menjadi Muslim. Dan, itu membuat mereka bergumam ‘wow!’.” Nicole pun menutup kisahnya yang dapat disaksikan di Youtube.
sumber: kisahmuallaf.com
Source : Republika
Wednesday, 27 March 2013
SEBUAH KISAH KEMISKINAN DI SARAWAK...
Oleh Amanda Leonie
Begitu banyak yang ditulis di sejarah mengenai orang-orang penting atau tamadun tamadun yang penting. Bagaimana putera dan raja berjaya menawan sebuah negara, dan bagaimana kaya dan berkuasanya pemimpin sebuah negara.
Tetapi sejarah sebenar manusia iaitu sejarah penderitaan jarang sekali ditulis. Bagaimana pula dengan penderitaan seharian orang yang ditindas ketika seorang raja memulakan pemerintahannya. Atau pekerja yang tewas ketika pembinaan bangunan mencakar langit.
Orang yang miskin secara praktikalnya tidak ada jalan keluar daripada kemiskinan mereka. Kesengsaraan mereka boleh dilihat dalam bentuk kekecewaan, rasa bersalah dan kebimbangan. Mereka rasa kecewa kerana mereka tahu bahawa mereka tidak akan diterima sebagai golongan orang-orang yang harus dihormati. Apa yang mereka inginkan hanyalah harga diri, tapi inilah yang dinafikan mereka.
Dan orang yang tidak menganalisis dengan mendalam sering berkata mereka miskin kerana mereka malas. Ternyata terdapat banyak kontradiksi dengan pernyataan itu kerana sebenarnya terdapat satu sistem berstruktur yang membuatkan orang menjadi miskin, tertindas dan dipinggirkan.
Kemiskinan terdapat banyak muka, ia boleh dikenali sebagai miskin secara ekonomi, miskin secara budaya yang melibatkan Orang Asal dan golongan minoriti yang didiskriminasikan, penindasan terhadap wanita, dan juga penindasan terhadap bumi dimana ia diserang dengan tidak adil dan dieksploitasi secara sistematik.
Kemiskinan bukan sesuatu yang semulajadi tapi ia dihasilkan. Itulah sebabnya kenapa golongan miskin dieksploitasi dan semakin miskin. Mereka tidak dianggap sebagai manusia, kerana harus mencapai objektif proses eksploitasi yang dikenali sebagai ekonomi, politik, ekologi dan budaya. Kemiskinan ialah hasil daripada struktur sosial yang opresif dimana mereka dimiskinkan oleh orang lain yang mendapat faedah daripada sistem ekonomi yang tidak adil.
Maka struktur ini dengan sistematiknya akan mengeksploitasi dan pinggirkan orang dan menjadikan mereka miskin. Itulah mengapa ada ekspresi kaya semakin kaya, miskin semakin miskin.
Pernah sekali saya bertanyakan kepada seorang kawan bagaimana zaman kanak- kanaknya.
Dia berkongsi kepada saya, kehidupan zaman kanak-kanaknya amat susah kerana dia yang mempunyai ramai adik-beradik dan terpaksa berkongsi makanan yang sangat terhad, jika tidak ada beras mereka akan makan ubi kayu dengan garam sahaja.
Dan saya sangat terkejut kerana kawan saya yang lebih muda dari saya itu masih lagi mengalami pengalaman seperti itu pada zaman yang dianggap moden ini.
Pada tahun 2010, saya dan beberapa teman pelajar pernah membuat lawatan ke Belaga, Sarawak. Disana saya berpeluang untuk hidup bersama Orang Asal Kenyah dan Kayan yang ditindas sebab pembinaan empangan Bakun. Disebabkan pembinaan mega itu 10,000 orang harus dipindahkan daripada tanah mereka. Dan 10,000 orang yang dahulunya kaya, meriah dan boleh hidup sendiri kini menjadi miskin dan hidup atas sedekah pemerintah.
Mereka kehilangan budaya, identiti, hidup komuniti yang bersatu, dan makanan yang berlimpah-limpah. Yang wanita dahulunya turun ke ladang kini tiada lagi tempat untuk bertanam dan ini membuatkan mereka menjadi suri rumah sepenuh masa duduk dirumah tidak buat apa-apa, atau ada yang bekerja di kilang, atau tukang sapu di pusat membeli-belah.
Yang suami terpaksa pergi jauh ke ‘outstation’ untuk mencari kerja kerana tekanan untuk mencari duit. Yang anak dibiarkan, kurang diberi perhatian. Yang dahulunya senang ke sekolah dengan menaiki perahu, kini ditambah beban untuk membayar petrol RM50 satu bulan dan ini menyebabkan anak berhenti sekolah. Anak-anak sudah tidak tahu bagaimana memegang parang atau nama pokok tumbuhan dan tambah lagi tidak bersekolah, ketiadaaan hutan untuk mereka bermain menyebabkan kebosanan yang merbahaya dimana alkohol dan pergaduhan menjadi cerita utama.
Keluarga berpecah, ada yang menjadi penjenayah kerana kesempitan wang, tekanan hidup dan mereka terperangkap dalam kehidupan miskin secara bergenerasi dan ini berputar tiada jalan penghujung. Jika dilihat dalam- dalam, dosa- dosa kecil ini disebabkan oleh satu dosa yang lebih besar, ‘a structural sin’ atau sebuah dosa yang berstruktur. Dan sistem begini boleh membunuh, ini mengingatkan saya tentang kisah yang berlaku pada 2007 di Sabah dimana seorang budak bernama Donni berumur 11 tahun membunuh diri kerana ingin meringankan beban keluarganya.
sumber: projekdialog.com
Saturday, 23 March 2013
KISAH DARI HOSPITAL....
Seorang doktor meluru masuk ke ruang hospital dalam keadaan tergesa-gesa selepas mendapat panggilan kecemasan dari pihak hospital..
Dia menukar pakaian dan terus meluru ke blok pembedahan.. Dia mendapati ayah kepada budak yang berada dalam bilik pembedahan sedang berdiri menunggunya..
Apabila si ayah melihat doktor itu, dia terus berteriak..
......................................................................................................
“Kenapa kamu ambil masa yang lama untuk datang..?? Kamu tahu tak anak saya dalam bahaya sekarang ni..?? Kamu tak ada rasa bertanggungjawab ke..??”
Doktor tersebut tersenyum dan berkata :
“Saya minta maaf, saya berada di luar hospitaldan saya datang sepantas yang mungkin selepas mendapat panggilan kecemasan tu.. dan sekarang, saya harap anda bertenang.. jadi, saya dapat buat kerja saya..”
“Bertenang kamu kata..?! Kalau anak kamu berada dalam bilik 2 sekarang ni, bolehkah kamu bertenang..?? Kalau anak kamu mati sekarang ni apa yang kamu buat..??" kata si ayah dengan marah..
Si doktor tersenyum lagi & berkata :
”Saya akan kata bahawa Allah telah berfirman dlm kitab-Nya yang suci.. Daripada Allah kita datang dan kepada-Nya kita kembali, doktor tak mampu untuk memanjangkan hayat seseorang.. Insya-Allah kami akan cuba yang terbaik untuk anak kamu..”
“Memberi nasihat bila kita tak mengalaminya memang senang..!” kata si ayah..
Pembedahan tu mengambil masa beberapa jam..
Tak lama kemudian, si doktor keluar dengan wajah tenang dan senyum..”
Alhamdulillah..anak anda selamat..!”
Dia terus berjalan tanpa menghiraukan si ayah.
“Kalau kamu ada sebarang soalan.. Kamu boleh tanya jururawat..”
“Kenapa doktor tu sombong sangat..?!
Tak boleh ke dia tunggu beberapa minit supaya saya dapat tanya beberapa soalan tentang anak saya..?! Komen si ayah selepas melihat jururawat..
Jururawat itu berkata sambil air mata mengalir di pipinya :
“Anaknya meninggal dunia semalam dalam kemalangan jalan raya.
Dia berada dalam upacara pengebumiaan anaknya ketika kami menghubunginya untuk pembedahan anak encik. Dan sekarang dia telahpun menyelamatkan nyawa anak encik, dia tergesa-gesa untuk anda sehingga selesai upacara pengebumiaan anaknya.."
MORAL : "Never judge anyone before you never know how their life is & what they’re going through…”
Thursday, 21 March 2013
DI SEBALIK PERASAAN MARAH.....
Kita sering marah jika disakiti hati kita atau fizikal kita. Tahukah anda jika kita membalas kemarahan itu dengan kemarahan pula, apakah yang sedang berlaku sebenarnya? yang kita sendiri tidak nampak oleh mata kasar? Ikuti kisah sahabat nabi ini.....
Suatu hari, Rasulullah Saw bertamu ke rumah Abu Bakar. Ketika sedang bercengkerama dengan Nabi Saw, tiba-tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini Rasulullah tersenyum.
Kemudian orang badui itu kembali memaki Abu Bakar. kali ini, makian dan hinaannya makin kasar. Namun, dengan keimanan yang kukuh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang badui ini. untuk ketiga kalinya, ia mencela Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. kali ini selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian
orang badui itu. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapknan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian, Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, janganlah anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku."
Rasulullah menjawab,
"Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum kerana banyak malaikat disekelilingmu yang akan membelamu dihadapan ALLAH. Begitupun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya.
Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya dan membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah iblis di sisimu. Oleh kerana itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya."
Oleh itu perhatikan lah dengan mendalam akan erti kemarahan kita....
sumber: zilzaal
Wednesday, 13 March 2013
HIKMAH BERKATA BENAR.......
Sewaktu kecil, ingat lagi? kita pernah berbohong bagi mengelakkan dari dirotan ayah, emak atau cikgu. Bila besar kita pernah membohongi isteri atau suami kerana sebab2 tertentu...ada tak?
Dalam Islam kita disuruh bercakap benar. Kenapa ? Apa hikmahnya?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata :
"Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu saja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya." Maka Rasulullah menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahwa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?"
"Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.
Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.
Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :
"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu."
Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek.
"Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata :
"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."
Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.
Kesimpulannya, jika kita ingat bahawa dihadapan Allah nanti kita tak mampu bercakap bohong , kita tak akan sanggup berbuat salah dan dosa lagi.
Info selanjutnya : http://madah-tazkirah.blogspot.com
Tuesday, 12 March 2013
KISAH NGERI DI LAHAD DATU....
Kisah ini adalah kisah benar yang diceritakan oleh seorang anggota keselamatan yang terselamat. Beliau kini lumpuh kedua belah tangannya kerana ditetak oleh pengganas Sulu di Lahad Datu. Nama beliau terpaksa dirahsiakan atas permintaan.
Saya terlebih dahulu memohon maaf kepada semua pembaca yang mungkin tersinggung dengan kisah ini. Namun saya merasakan ianya perlu diceritakan untuk menjadi iktibar kepada semua bahawa apa yang berlaku bukanlah sebuah sandiwara seperti yang didakwa sesetengah pihak.
Saya juga mengucapkan takziah kepada seluruh ahli keluarga wira-wira negara yang terkorban di perbatasan. Hanya Allah yang akan membalasnya dan semoga wira-wira negara ini diletakkan dikalangan para Syuhada'. - Amin ..
Dia ditembak, namun dia bernasib baik kerana tembakan itu tidak tepat kepadanya. Sebaliknya tembakan itu tepat mengena Tuan Ibrahim. Tiba-tiba datang pengganas Sulu dengan parang lalu cuba menetak beliau beberapa kali. Dia menggunakan tangannya untuk menahan tetakan menyebabkan jari-jari dan kedua tangannya hampir putus.
Dia menceritakan, bahawa yang meninggal cukup sifatnya hanyalah Superitenden Ibrahim. Yang lain semuanya meninggal dalam keadaan ngeri. Pengganas seolah-olah hilang ingatan. Walaupun ada anggota kita yang telah mati ditembak, tetapi mereka datang lalu memenggal kepala dan merodok perut mayat dengan parang.
Ada anggota yang telah mati dipotong kaki dan tangannya. Malah dikorek mata jasad yang telah terbujur kaku itu. Mereka mahu pastikan musuh mereka benar-benar mati. Zalim dan kejam itu perkataan yang sesuai untuk perbuatan mereka.
Dia bernasib kerana dalam kesakitan itu, dia melarikan diri ke dalam rumah orang kampung. Dia juga dapat melihat mayat Tuan Ibrahim, diheret oleh seorang anggota yang terselamat ke dalam sebuah rumah yang lain. dua puluh jam dia menahan kesakitan menunggu bantuan sehingga darahnya hampir kering. Dia dapat melihat dengan jelas bagaimana semut-semut datang menghurung luka-lukanya. ALLAH MAHA BESAR, diurunkan hujan dan dia hanya minum air hujan itu.
Akhirnya dia diselamatkan. kedua tangannya yang hampir putus dijahit semula. Namun sehingga kini, dia tidak dapat menggerakkan tangannya itu.
Air matanya berlinangan. Dia tidak akan lupakan pasukannya diserang hendap tempoh hari. Dia juga tidak akan melupakan kekejaman yang dilakukan oleh pengganas-pengganas itu. Mereka terlalu zalim !!
Al-Fatihah buat Pejuang-pejuang yang pergi .. semoaga arwah ditempatkan dikalangan para Syuhada .. Amin Ya Rabb .
sumber: Che Yun Samsudin
Monday, 11 March 2013
Kisah Syeikh Mutawalli Sya'rawi Rahimahullah
Pada suatu masa dahulu, satu muktamar Islami yang menghimpunkan para ulama' muslimin telah dijalankan dalam tempoh selama seminggu. Syeikh Sya'rawi adalah di antara tokoh ulama' Mesir yang dijemput untuk menghadiri muktamar tersebut.
Pada hari pertama muktamar, Syeikh Sya'rawi telah melihat pada diri pengerusi muktamar tersebut yang juga merupakan seorang ulama' suatu perubahan besar dari segi keilmuannya dan makrifah yang tidak ada pada masa-masa sebelumnya.
Lalu, syeikh bangun menuju ke podium dan berkata, "Aku akan mengajukan suatu soalan kepada kamu dan aku inginkan jawapannya. Soalannya ialah : Ke manakah perginya air mandian jasad Rasulullah SAW?". Iaitu yang dimaksudkan beliau ialah air yang digunakan ketika dimandikan jenazah Baginda SAW.
Akan tetapi apabila soalan itu diajukan, tidak ada sesiapa yang menjawabnya. Semua orang senyap dan berdiam diri kerana tidak tahu akan jawapannya. Pengerusi muktamar itu juga merasa sangat terkejut dengan soalan tersebut dan mengatakan dalam dirinya, "Bagaimana aku tidak mengetahui akan jawapan soalan ini?". Lalu beliau mengambil jalan keluar daripada persoalan ini dengan mengatakan, "Berikan kami peluang masa, kami akan jawab soalan kamu pada pertemuan esok insyaAllah".
Maka beliau pun pulang ke rumahnya dan tidak melakukan apa-apa selain daripada terus memasuki perpustakaan khasnya untuk mencari, meneliti dan membelek kitab-kitab bagi mencari jawapan kepada persoalan itu. Beliau telah menghabiskan masa yang lama dalam pencariannya, hingga diselubungi keletihan dan akhirnya terlelap tidur di atas kitab yang dibacanya.
Ketikamana ulama' itu tidur, Rasulullah SAW telah datang bertemunya dalam mimpi dan bersama baginda seorang lelaki yang memegang sebuah lampu pelita.
Maka dengan segera beliau menuju kepada Rasulullah SAW dan bertanya, "Ya Rasulullah, ke manakah perginya air mandian jasadmu?". Lalu Baginda SAW mengisyaratkan kepada lelaki pemegang lampu pelita yang berada di sisinya (supaya menjawab soalan itu). Kemudian lelaki itu pun menjawab, "Air mandian Rasulullah SAW menyejat naik ke langit dan kemudian turun ke bumi dalam bentuk hujan. Setiap titisannya yang jatuh ke bumi, dibina di tempat itu masjid".
Maka, terjagalah beliau daripada tidurnya dalam keadaan yang sangat gembira kerana telah mengetahui jawapan kepada persoalan tersebut.
Keesokan harinya, pengerusi muktamar itu hadir untuk hari kedua dan menunggu persoalan yang telah dilontarkan oleh Syeikh Sya'rawi untuk diutarakan semula. Akan tetapi syeikh tidak bertanya. Di hujung muktamar pada hari kedua, akhirnya beliau bangun dan berkata kepada syeikh Sya'rawi, "Kelmarin kamu telah bertanyakan satu soalan. Adakah kamu ingin mengetahui jawapannya?".
Syeikh berkata : "Adakah kamu mengetahui jawapannya?".
Beliau menjawab : "Ya".
Syeikh bertanya : "Maka ke manakah perginya air mandian Rasulullah SAW?".
Beliau menjawab : "Air mandian Rasulullah SAW menyejat naik ke langit dan kemudian turun ke bumi dalam bentuk hujan. Setiap titisannya yang jatuh ke bumi, dibina di tempat itu masjid".
Syeikh bertanya lagi : "Bagaimana kamu mengetahuinya?".
Beliau menjawab : "Rasulullah SAW telah datang kepadaku dalam mimpi (memberitahukan jawapannya)".
Syeikh berkata : "Bahkan seorang lelaki yang memegang lampu pelita yang menjawab kepada kamu".
Maka ulama' itu terus merasa terperanjat dan terpegun, lalu bertanya, "Bagaimana kamu mengetahui perkara itu?".
Lalu Syeikh Sya'rawi menjawab bahawa beliaulah lelaki yang memegang lampu pelita yang berada di sisi Rasulullah SAW dalam mimpi ulama' itu.
Peristiwa ini telah memberikan kesan yang cukup mendalam kepada para hadirin dalam muktamar tersebut dan memeranjatkan semua orang. Hal ini menunjukkan kedudukan maqam yang tinggi beliau di sisi Allah Taala dan RasulNya.
~kisah ini diceritakan sendiri oleh ulama' yang menjadi pengerusi muktamar itu.
sumber:
http://www.facebook.com/
via: Hanafi Zain Al Haj
SIAPA SEBENARNYA Jeneral Hj.Musa?
Jeneral Haji Musa Abdulla adalah sebahagian daripada kumpulan yang mahu menyerang Sabah pada era Marcos, namun Nur Misuarilah yang menghalangnya.
Musa Abdulla adalah seorang tentera Filipina yang berpangkat Jeneral dan pernah berkhidmat di Vietnam dan merupakan komando MNLF pimpinan Nur Misuari.
Selepas bersara daripada tentera, Haji Musa tinggal di Simunul Tawi-Tawi, di mana dia terlibat memberi latihan di kem latihan tentera Sophia Camp.
Di Simunul lah timbulnya idea satu operasi yang disebut Oplan Merdeka dibawah naungan Royal Sultanate Force (RSF)-RSF dibawah perintah langsung Jamalul Kiram III . Melalui Oplan Merdeka diwujudkan satu unit yang disebut Unit Komando Jabidah yang diketuai oleh Jeneral Musa dan seorang lagi bernama Ernesto Sambas; mereka berdualah yang mengetuai pencerobohan Lahad Datu pada 9 Februari 2013 menaiki dua kompet besar bersama kira-kira 200 yang lain.
Dalam Oplan Merdeka yang dilaksanakan melalui operasi Jabidah, Jeneral Musa berkerjasama dengan adik Jamalul Kiram, Agbimuddin Kiram.
Salah satu perancangan Oplan Merdeka adalah menghantar penceroboh secara berperingkat ke Sabah, dan disertai warga mas, kanak-kanak dan wanita untuk mengabui mata pihak keselamatan negara.
Selain itu, mereka membeli beberapa rumah untuk dijadikan sarang, sebelum serangan besar-besaran dilakukan.
Oplan Merdeka mendapat pembiayaan daripada piha-pihak tertentu, dan wang disalurkan ke Tawi-Tawi melalui perantara di Sabah. Setakat ini, pihak berkuasa Filipina mahupun Malaysia masih mencari siapa yang memberi dana yang besar kepada Oplan Merdeka, walaupun perisikan Manila mengaitkannya dengan pemimpin pembangkang negara terutama Anwar Ibrahim.
Banyak kejadian yang mengarah kepada operasi Oplan Merdeka. Antaranya terkandasnya kapal USS Guardian di utara Pulau Pahlawan. Kejadian terkadasnya kapal Amerika yang canggih itu, menyebabkan pengawal keselamatan Filipina bertumpu di kawasan itu, sehingga kawasan Tawi-Tawi menjadi kurang kawalan.
Selain itu lawatan mengejut Duta besar Amerika ke Sabah, serta berlabuhnya kapal perang Amerika di Sepanggar.
Persoalan yang masih misteri, bagaimana kewangan yang begitu besar yang disalurkan ke RSF untuk melaksanakan Oplan Merdeka boleh masuk melalui Sabah? Siapa kah yang membawa wang itu?
Bayangkan jumlah wang itu? Selain mampu senjata-senjata yang canggih seperti M16 dan pelancar mortar, juga mampu membeli sembilan buah rumah secara tunai di Kg Sri Jaya Simunul Semporna.
Bukan sahaja, dikatakan setiap komando yang berlayar ke Sabah dibayar USD600 seorang, sebagai upah untuk menyertai Oplan Merdeka.
Selepas pasukan keselamatan Negara mengetahui kehadiran kumpulan ini pada malam 12 Februari, pasukan polis yang diketuai pasukan komando 69 mengepung kawasan di mana mereka berkumpul, iaitu Kg Tanduo Lahad Datu.
Selepas berunding, pasukan polis menamatkan rundingan pada 21 Februari dan dalam rundingan itu, pasukan Polis hanya mahu penceroboh itu meninggalkan tanah Sabah secara aman. Kerajaan Filipina juga menghantar kapal pengakut kemanusian, untuk menjemput pulang para penceroboh itu.
Masa, ruang, peluang yang diberikan pasukan polis tidak diambil peduli, sehingga tempoh pengusiran dilanjutkkan sehingga tiga kali.
Perakara yang tidak diinginkan pasukan polis berlaku pada pagi Jumaat 1 Mac 2013, apabila pasukan komando 69 diserang dan mengorbankan dua anggota.
Berikutan tindakan kumpulan yang diketuai oleh Jeneral Musa Abdulla itu, maka pihak polis membalas tembakan dan berjaya membunuh 12 orang pada hari tersebut.
Berikutan kematian kawan-kawan kumpulan itu di Kg Tanduo, maka pada 2 Mac, sebahagian daripada kumpulan mereka membayangkan diri di Kg Sri Jaya Simunul Semporna, di mana sebelum ini mereka bersarang di kampung itu dan bergaul dengan penduduk, malah ketua mereka dipanggil "imam".
Ekoran kehadiran mereka di Kg Sri Jaya Simunul diketahui oleh penduduk, maka sepasukan polis datang ke kampung itu pada petang 2 Mac, namun kedatangan pihak polis disambut dengan serangan hendap, mengorbankan enam anggota polis.
Berpunca daripada dua kejadian inilah, pasukan keselamatan negara bertindak. Pada 5 Mac, serangan berskala besar dilakukan.
Al-hasil serangan berskala besar itu, sejumlah pengganas maut, dan sehingga kini 53 telah maut dan seorang budak remaja yang mati semalam, di Kg Tanjung Batu.
Sejak operasi berskala besar yang bermula pada 5 Mac, dikhabarkan seorang Jeneral telah maut, dan mungkin Haji Musa Abdulla, kerana menurut keluarganya di Tawi-Tawi, sejak itu, sehingga kini belum ada berita mengenainya.
Kredit to : Orange Sky.
sumber: Saisah Mazeati
Friday, 8 March 2013
KISAH LIWAT; ANTARA FITNAH DAN KEBENARAN....
Bapa Saiful Bukhari hari ini memohon maaf kepada Ketua Umum PKR, Datuk Seri Anwar Ibrahim, dengan mendakwa bahawa anaknya telah dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, yang didakwanya termasuk seorang pegawai perdana menteri untuk memfitnah Anwar dalam kes Liwat II.
"Datuk Seri Anwar Ibrahim tidak bersalah dan telah menjadi mangsa fitnah ini," kata Azlan Mohd Lazim dalam satu kenyataan yang dikeluarkan dalam satu sidang akhbar hari ini. "Dengan ini saya memohon maaf kepada Datuk Seri Anwar Ibrahim dan famili beliau. Beliau dan familinya telah banyak menderita dan sangsara akibat fitnah ini," tambahnya
Anwar telah dibebaskan oleh Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur pada 9 Januari tahun lepas daripada tuduhan meliwat Saiful, yang merupakan pembantunya pada 26 Jun 2008 di sebuah kondominium di Kuala Lumpur.
Jabatan Peguam Negara telah merayu terhadap keputusan itu dan Mahkamah Rayuan akan mendengar kes pada 22 Julai.
Dalam kenyataannya, Azlan, 60, mendakwa semua kenyataan akhbar yang dikeluarkan oleh anaknya dan beliau sendiri, telah dirancang dan disediakan pegawai perdana menteri itu dan seorang peguam.
Malaysiakini tidak menyiarkan identiti kedua-duanya sementara menunggu respons daripada mereka.
"Mereka inilah merupakan dalang kepada semua fitnah liwat yang dilakukan terhadap YB Datuk Seri Anwar, yang melibatkan anak saya."
Menurut Azlan, beliau mengetahui mengenai hal anaknya terlibat dan dituduh cuma melalui akhbar milik kerajaan kerana anaknya tidak langsung pernah menceritakan tentang kejadian dan pertuduhan tersebut kepadanya.
"Saya tidak pernah dihubungi oleh mana-mana pihak bagi mendapatkan keterangan dari saya sebagai bapa dari awal hingga tamat perbicaraan," dakwanya.
walaupun beliau sentiasa dilihat berdamping dan bersama dengan anaknya, Azlan menjelaskan bahawa beliau melakukannya
semata-mata kerana kasih seorang ayah yang memberi sokongan moral kepada anaknya.
"Saya sememangnya tidak percaya kepada dakwaan-dakwaan yang dikenakan terhadap Datuk Seri Anwar."
Azlan berkata, beliau memutuskan untuk membuat pendedahan ini kerana setelah sekian lama mengumpul maklumat sama ada semasa dalam perbicaraan, mahupun yang dikirim kepadanya oleh orang ramai, "saya dapati kebenaran mula terserlah dan jelas kelihatan."
Pihak pemerintah, katanya, langsung tidak pernah menemuinya untuk berbincang kes itu atau bertanya pendapatnya.
"Segalanya dirancang dengan begitu rapi oleh (pegawai berkenaan)," dakwa Azlan.
"Sebagai seorang Melayu dan Islam, saya mula sedar akan perancangan jahat ini. Saya tidak mahu terus bersekongkol dengan fitnah jahat ini. Saya mahu rakyat yang cintakan negara ini tahu akan niat jahat mereka.
"Jika niat jahat ini berterusan, bukan sahaja umat Melayu dan Islam hancur tetapi negara musnah. Saya tidak sanggup melihat ini terjadi.
"Saya mengambil keputusan untuk bersama Datuk Seri Anwar, Pakatan Rakyat dan rakyat Malaysia yang dahagakan kemakmuran dan keamanan bercakap benar dan menentang kejahatan ini," katanya.
Azlan merayu kepada seluruh rakyat negara ini "bangun bersatu menentang kezaliman ini dan bekerja keras agar kebenaran akan muncul".
"Marilah kita juga doakan agar Allah menangkan perjuangan Datuk Seri Anwar dan Pakatan Rakyat untuk mengambil alih
pemerintahan negara dalam Pilihan Raya ke-13 nanti," katanya.
sumber: Malaysiakini
Sunday, 3 March 2013
Warga Kg Tanduo hidup tidak menentu....
Ben Hamid, 48, hanya mampu merenung ke arah laut yang tenang. Beliau yang kini tinggal di satu khemah sementara kini tertanya-tanya apa yang berlaku di rumahnya di Kampung Tanduo, Sabah.
Pada malam 11 Februari yang lalu, Ben, seperti nelayan lain di kampungnya melepaskan lelah dan tidur selepas bekerja keras seharian.
Beliau bagaimanapun mendapati ada seorang tetamu yang tidak diundang diluar rumahnya ketika dia bangun pada keesokan harinya.
"Ada yang berpakaian seragam tentera. Ada yang tidak. Saya melihat mereka membawa M16 dan ada yang memegang parang. Mereka mungkin datang dari laut," katanya.
Beliau berkata, ada penduduk kampung yang nampak mereka memasuki kampung tersebut pada jam 2 pagi.
Menjelang pagi, kira-kira 50 orang penceroboh sudahpun tiba di kampung itu walaupun pemimpin mereka masih belum tiba.
"Mereka hanya duduk di sekitar berhampiran rumah kami dan bercakap antara satu sama lain," katanya.
Penceroboh yang kemudiannya menghampiri mereka dan mendakwa sebagai Tentera Diraja Sulu telah cuba meyakinkan penduduk tempatan bahawa mereka tidak membahayakan.
"Mereka kata, mereka berada di sini untuk menuntut hak-hak mereka dan hak sultan mereka," kata Ben.
Tambahnya lagi, penduduk kampung mula panik dengan perkembangan mendadak itu dan ramai di antara mereka memutuskan untuk meninggalkan kampung itu menjelang jam 9 pagi.
"Mereka (tentera Sulu) tanya, kenapa kami lari. Mereka kata mereka hanya ingin jadi kawan. Tetapi apabila kami melihat mereka, kami dapat rasa sesuatu yang tidak elok dan mahu lari," katanya.
Maka, bermulalah penghijrahan beramai-ramai. Bagi mereka yang mempunyai kenderaan, mereka terus keluar dari kampung manakala selebihnya berjalan kaki ke kampung berdekatan, Tanjung Labian - sejauh kira-kira lima kilometer.
sumber: Malaysiakini
Saturday, 2 March 2013
Krisis Lahad Datu: Luahan Sebenar Dari Penduduk Lahad Datu
Saya warga Lahad Datu yang bekerja di Kuala Lumpur. Apa yang berlaku di Lahad Datu sengaja disenyapkan oleh kerajaan kerana bimbang reputasi mereka akan jatuh menjelang PRU13. Hanya warga Lahad Datu yang tahu situasi sebenar.
Menurut cerita keluarga saya di sana, memang pengganas ini dijemput masuk atas sebab ingin menuntut kawasan Felda dengan janji mereka mendapat tanah dan sebagainya.
Dan yang lebih menyakitkan hati ada antara pengganas ini sudah memiliki IC sah. Caranya minta askar sultan Sulu yang tidak tahu malu itu datang untuk provoke. namun mereka datang dengan tujuan untuk mengambil semula Borneo.
Serampang dua mata. Bantu dan rampas. Tidak ada kaitan dengan pembangkang kerana setahu saya rakyat Sabah kini bangkit dan ramai yang sokong pembangkang kerana merasakan tidak terbela dan dipinggirkan sekian lama.
Isu ic projek memang berlaku.
Dan siapa kami di Sabah untuk menyampaikan kebenaran, sedangkan pemimpin kami sendiri menjatuhkan martabat kami. Untuk pengetahuan saudara, rakyat Sulu semakin bertambah di kawasan Lahad Datu dan dikhuatiri mereka ini akan bangkit membalas tindakan kerajaan. Bayangkan 10 orang Sulu terbunuh dan tak mustahil majoriti rakyat Sulu yang ahli keluarganya terbunuh akan membalas dendam dan mengsanya penduduk Lahat Datu?
Mangsanya adalah kami penduduk tempatan. Sedangkan kawalan perairan di persempadanan Sabah dan Filipina terlalu longgar sehingga hampir setiap hari mereka keluar masuk tanpa sekatan.
Kalau saudara Jason ke Lahad Datu, Saudara akan lihat rupa bandar Lahad Datu yang tak ada bezanya dengan pekan di Filipina. Pertambahan penduduk yang mendadak, kebanjiran pendatang Filipina yang bebas menjadikan kami minoriti. Yang jelas, tiada respon yang boleh menjelaskan keadaan sebenar di Lahad Datu.
Kami juga tidak dimaklumkan dengan terperinci situasi sebenar baik di media kerajaan dan sebagainya. Hanya FB sahaja sumber maklumat kami. Selain maklumat daripada hospital dan agensi kerajaan yang ditugaskan. Malah rakan2 polis yang bimbang sedia berkongsi maklumat walaupun tahap kerahsiaan tidak boleh disampaikan sewenang2nya.
Hari ini perintah berkurung dikuatkuasa pada jam 5 petang sebentar tadi, Anggota keselamatan kita dua terkorban. Pihak pengganas 10 terkorban, 4 cedera dan 4 ditahan. Persoalan saya sebagai orang Lahad Datu, mengapa maklumat ini terlalu sulit?.
Mengapa media terhalang membuat liputan?. Saya kecewa kerana isu besar seperti ini tidak dihebahkan berperingkat seperti Highland Tower tumbang dulu. Isu ini dikecilkan dan terpinggir sama seperti pembangunan negeri kami yang perlahan. Negeri kami kedua termiskin, kami terpukul, sedangkan kami kaya sumber minyak dan sebagainya.
Harapan saya biar PRU13 memihak kepada pembangkang, kerana dengan cara itu, kesemua kelaknatan pemimpin BN dan pemimpin Sabah terungkai satu persatu dan rakyat berpeluang bersuara mengadili kepincangan mereka. Kami rakyat Sabah bersandarkan doa rakan2 diseluruh negara mendoakan keselamatan kami. Kami terkepung oleh pendatang yang diberi mandat memilih kerajaan yang korup!!
sumber: facebook/Masitah Ahmad
ENIGMA IC PALSU....
Oleh: MUTALIB M.D
TIADA siapa yang meminta dilahirkan sebagai seorang Kadazandusun, Bajau, Suluk, Bugis, Jawa, Tidong, Cagayan, Melayu dan pelbagai keturunan yang berasal daripada Nusantara. Saya sendiri tidak meminta dilahirkan sebagai seorang Melayu di suatu daerah paling mundur dan daerah hitam tempat ‘Komunis bertapa’.
Jika boleh saya ingin lahir di istana Sultan Brunei, sebagai anak raja yang kaya raya dan bakal mewarisi segala kekayaan yang dimiliki oleh Sultan Brunei. Ataupun sekurang-kurangnya dilahirkan di Sri Perdana agar boleh menjadi senang lenang dan kaya raya tanpa perlu kerja kuat dan linangan air mata.
Tetapi saya telah ditakdirkan lahir di sebuah kampung yang melarat, Kampung Lanai dan membesar di Kampung Parit Panjang dengan penuh belaian kasih sayang daripada ayah saya seorang bekas perajurit yang berketurunan Patani, Selatan Thailand dan ibu saya yang kental dengan adat perpatih Minangkabau.
Namun saya bersyukur kerana dilahirkan sebagai seorang Melayu, tambahan pula di negeri kelahiran Tun Dr Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia dan Presiden UMNO.
Berbanding dengan Lambulawa Bin Lakabolosi yang ditakdirkan lahir di sebuah perkampungan Buton di Indonesia. Walaupun berkelulusan Sarjana Muda Ekonomi tetapi gagal memperolehi sebarang pekerjaan. Terpengaruh dengan tawaran broker pekerjaan yang menawarkan peluang menjadi Pegawai Ladang di Sabah. Diseludup masuk ke Sabah oleh sindiket haram. Bagaimanapun mati dibelasah ketika cuba melarikan diri daripada rumah kongsi apabila mendapat tahu akan dijadikan buruh paksa di ladang kelapa sawit FELDA.
Ketika dilahirkan pada 2 Oktober 1962, ayah saya tidak mengalami kesukaran untuk mendaftarkan kelahiran saya, ketika itu hanya di Balai Polis Kupang, tambahanpula saya anak ketiga daripada enam adik beradik.
Ketika umur saya 7 tahun, saya bersekolah di Sekolah Kebangsaan Lanai, Baling Kedah.
Pada 15 Oktober 1971, saya telah mengikut ayah saya ke Sungai Petani, Kedah untuk bergambar bertujuan melampirkan identiti saya ke dalam pasport ayah saya bagi menyertai migrasi ‘Untuk Kemajuan Ba’ ke Sabah. Kami sekeluarga mendapat taraf penduduk tetap dan menjadi Anak Negeri Sabah pada 13 Mac 1974.
Sewaktu bersekolah di SRK St Stephens, Lahad Datu saya mendapat kad pengenalan pertama dan berlaku sedikit kesilapan kerana pihak Jabatan Pendaftaran Negara memberikan saya kad pengenalan Semenanjung Malaysia sedangkan kesemua adik beradik, ayah dan keluarga saya mendapat kad pengenalan yang ada huruf ‘H’ di hadapannya. Ketika melanjutkan pelajaran ke SMK Menggatal Kota Kinabalu, saya membuat penukaran kali pertama tetapi masih kurang bernasib baik kerana masih diberi-kan kad pengenalan Semenanjung Malaysia.
Pada bulan April 1997, saya telah melepaskan semua jawatan yang saya sandang untuk menceburkan diri sepenuh masa dalam bidang penulisan, saya telah kehilangan pasport antarabangsa dan kad pengenalan saya.
Laporan polis yang saya buat hanya berupaya mendapatkan resit laporan kehilangan kad pengenalan JPN 1/11 dan terpaksa membuat cabutan di Ibu Pejabat JPN Petaling Jaya, Selangor.
Memandangkan saya sering berulang alik ke Kuala Lumpur untuk urusan peribadi dan penyelidikan, maka saya terpaksa melepasi halangan Imigresen dan terpaksa menjadi pelarian di negara sendiri.
Setiap kali saya mahu ke Kuala Lumpur saya terpaksa ke Tingkat 6, Wisma Dang Bandang untuk mendapatkan pas keluar, sama halnya dengan Pendatang Asing India dan Pakistan yang menyerah diri untuk dihantar pulang!
Apabila masuk kembali ke Sabah saya diarah mengisi borang Imm.114-Pindaan 1/86 sama dengan rakan-rakan lain daripada Semenanjung Malaysia. Saya hanya layak untuk tinggal tidak lebih daripada tiga bulan di Sabah!
Pihak Imigresen Kota Kinabalu tidak mempunyai rekod dokumen pemastautin tetap saya, kononnya fail 1974 telah dimusnahkan. Pasport ibu bapa saya turut tercicir kerana mereka merasakan tidak perlu lagi menggunakan pasport apabila telah mendapat kad pengenalan keramat ‘H’.
Rujukan di Jabatan Ketua Menteri (JKM) juga tidak membuahkan hasil kerana kebanyakan fail lama telah dimusnahkan dan ketika saya sekeluarga mendapat taraf pemastautin tetap, 1974, JKM dan Imigresen belum mengkomputerkan operasinya.
Bagaimanapun saya bernasib baik pada penghujung tahun 1997, setelah lebih 40 kali berulang alik ke Kuala Lumpur, saya mendapat Kad Pengenalan Bermutu Tinggi (KPT).
Permohonan KPT saya buat pada awal tahun 1997 dengan memohon kemasukan huruf ‘H’ dan disertakan salinan kelulusan taraf penduduk tetap saya.
Di KPT saya, barulah tercatat huruf keramat ‘H’ setelah lebih 23 tahun menunggu untuk mendapat pengiktirafan sebagai rakyat Sabah, bumi bertuah dan makmur.
Setelah hampir setahun menjadi pelarian di negara sendiri dan setelah lebih 23 tahun terpinggir segala hak dan kemewahan yang sepatutnya dimiliki oleh saya, barulah saya sedar betapa tinggi dan bernilainya sekeping kad pengenalan untuk seorang warganegara yang bernama MANUSIA!
Berbanding dengan Ismail Tidal (gambar) yang lahir di Talisai Sibutu, Filipina, baru setahun mendarat di Kampung Panji Lahad Datu dan sudah memiliki KP biru ‘H’ dan kini KPT.
Ismail tidak perlu bersusah payah kerana ada ‘agen’ ke rumahnya menawarkan kad pengenalan bagi membolehkannya menjadi ahli UMNO dan pemilih berdaftar.
Kini beliau menjadi Ketua Cawangan UMNO, Mantan Penolong Setiausaha Pergerakan Pemuda UMNO dan memperoleh bantuan projek daripada wakil rakyat setiap tahun.
Kad pengenalan, tidak kira tulen, klon atau palsu bagi seorang manusia di zaman internet ini bagaikan jantung dan nadi yang berdenyut.
Tanpa kad pengenalan, kita akan diburu resah dan dipenggal fobia di hantar ke negara bukan tanah tumpah darah kita.
Tanpa kad pengenalan, kita umpama kapal tanpa nakhoda, hendak belayar di lautan takutkan ombak, hendak mendarat di pantai khuatir kecelakaan.
Setiap manusia yang didewasakan oleh kemakmuran bumi Sabah yang mendapat jolokan ‘Negeri Di Bawah Bayu’ sentiasa mencari ruang dan menggunakan segala peluang untuk mengambil kesempatan di dalam kesempitan, demi untuk memiliki sekeping kad pengenalan yang akan menghalalkan segala bentuk usaha dan membuahkan impian bagai ‘Lampu Aladdin’ dan ‘Tikar Terbang Zam-Zam Alakazam’.
Perlumbaan mengejar kemewahan dan kemakmuran hidup di era Measat jauh bezanya jika dibandingkan dengan era kayu balak. Ketika itu perlumbaan hidup hanya mencari nafkah untuk anak isteri dan mereka yang ditinggalkan di negara masing-masing, tanpa ada niat untuk bermastautin di negeri Rafflesia ini.
Namun kepantasan pembangunan negeri ini memintas kemajuan negeri serantau telah merubah tanggapan orang luar terhadap Sabah yang unik dan istimewa.
Lonjakan paradigma golongan yang berhijrah ke negeri ini yang pada mulanya buta politik dan rabun siasah, mula menampakkan tembelang bagai peristiwa ‘Belanda Meminta Tanah’.
Walaupun pada hakikatnya tanah yang diminta oleh Soldadu Belanda hanya satu belulang kerbau (kulit seekor kerbau yang berukuran antara 5X8 kaki), sememangnya petani tersebut tidak keberatan.
Namun Soldadu Belanda tersebut menggunakan helah dengan menghiris kulit kerbau tersebut menjadi tali.
Mulut petani tersebut terlopong oleh kebijaksanaan Soldadu Belanda tersebut yang telah membolot seluruh tanah miliknya seluas 5 ekar sebagai imbalan jasanya menyelamatkan petani tersebut daripada mati lemas!
Mungkinkah peristiwa Belanda meminta tanah akan berulang lagi di era serba mencabar, yang mungkin akan menenggelamkan gahnya Cyberjaya dan ranapnya dunia MSC (Koridor Raya Multimedia) dikuasai oleh golongan yang pernah dijajah oleh Belanda dan belajar serba sedikit bahasa dan kebudayaan Belanda?
Jika sekiranya Belanda meminta tanah menggunakan ilmu akal yang tinggi, namun para pendatang asing ini lebih ilmuan dengan meminta sekeping kad pengenalan yang bukan sahaja boleh memiliki tanah, malah menunjangi politik negara dan memiliknegarakan Malaysia.
Wallahhualam bissawab!
Lonjakan kesedaran dan semangat parokial yang sempit memudahkan golongan pendatang asing ini mendapatkan kad pengenalan daripada ‘baluchi dan algojo’ yang menyalah gunakan segala kemudahan dan hak rakyat tempatan, tambahan pula mereka mempunyai kuasa beli yang tinggi.
Tanpa mengira harga dan tawar menawar kebanyakan mereka memiliki kad pengenalan sama ada melalui agensi sah mahupun agensi ‘Ali Baba dan Cina Buta’.
Sewaktu memegang jawatan Setiausaha Sulit Wakil Rakyat Lahad Datu dan sebagai Pegawai Perhubungan Awam Lembaga Tabung Getah Sabah, saya telah menjalankan gerakerja mencari formula bagaimana mahu menumbangkan ‘jangkar’ Ketua UMNO Bahagian Silam ketika itu, Datuk Railey Haji Jeffrey yang ternyata cukup ‘kao’, ampuh dan mantap.
Hasil percambahan fikiran dan penyelidikan selama tiga bulan saya mendapati bahawa Datuk Railey boleh ditumbangkan oleh Wakil Rakyat saya, YB Mohd Yusof Amat Jamlee untuk merebut jawatan yang disandang oleh Datuk Railey selama sembilan tahun.
Formula paling ampuh yang perlu dimainkan oleh Yusof ialah dengan memupuk ‘semangat parokial yang tinggi’ dan menyedarkan kaum Bajau dan Suluk bahawa mereka dijajah akal dan fikiran oleh Datuk Railey yang bijak menabur peruntukan untuk mengaburi mata mereka.
Pancing yang dilempar bersambut, tambahan pula umpan yang dipasang amat lazat dan menarik minat Ketua Cawangan UMNO dan para perwakilan yang lebih 70 peratus terdiri daripada kaum ‘Tao-Sug & Sama’ (Suluk dan Bajau).
Namun saya tidak meletakkan harapan yang tinggi kerana saya tahu adat orang kita yang sanggup menggadai ‘body’ apabila terhutang ‘budi’.
Pada firasat saya kalau Railey tumbang, majoriti kemenangan Yusof hanya 50 undi dan sekiranya Yusof tumbang, maka majoriti Railey hanya 30 undi sahaja. Spekulasi saya ternyata tidak meleset apabila Yusof berjaya menumbangkan Railey dengan majoriti 54 undi, iaitu Yusof dan Railey masing-masing memperolehi 444 undi dan 390 undi.
Mungkin Yusof mengenangkan saya menyumbang sedikit jasa merancang kemenangan untuknya sehingga layak ditabalkan sebagai Pembantu Menteri Pembangunan Luar Bandar, maka saya dilantik sebagai Setiausaha Kerja UMNO Silam.
Walaupun pada mulanya beliau berhasrat untuk melantik saya sebagai Setiausaha Bahagian, namun kerana saya ‘orang Melaya’ maka saya diarah memegang jawatan Setiausaha Kerja pada Oktober 1995.
Sewaktu menjawat jawatan tersebut, saya telah melakukan ‘postmortem’ terhadap jentera pentadbiran UMNO Silam terutama sekali untuk mengekalkan kuasa dan reputasi Yusof sebagai Ketua UMNO Bahagian Silam.
Namun bagai seorang doktor pakar yang menjalankan bedah siasat ke atas batang tubuh seorang yang bernama UMNO Silam dan amat memeranjatkan saya apabila saya menemui pelbagai sindrom penyakit di dalam tubuh pesakit saya.
Kalau doktor menggunakan pancaran laser dan pisau untuk membedah pesakit, maka saya menggunakan program komputer untuk memasuki sistem maklumat keahlian UMNO dan membandingkannya dengan rekod Suruhanjaya Pilihan Raya.
Paling mengejutkan, saya telah mengenalpasti sejumlah 20,000 orang daripada 34,026 orang ahli UMNO Silam adalah pendatang asing!
Saya memaklumkan hal ini kepada Ketua UMNO Bahagian Silam, namun beliau meminta saya agar mendiamkan perkara ini kerana ibarat kata pepatah kedudukan beliau umpama ‘telur di hujung tanduk’.
Saya mendapat iltizam baru untuk mengenalpasti kegusaran saya dan membetulkan teori kemungkinan kebarangkalian saya melalui Gerakan Pendaftaran Penukaran Kad Pengenalan, khas untuk ahli UMNO Silam yang diadakan di Dewan Masyarakat Lahad Datu pada 21, 22 & 23 Oktober 1996.
Teori saya ternyata 99.99 % tepat. Daripada 10,211 ahli UMNO Silam yang hadir, hanya 180 orang sahaja yang berjaya menukar kad pengenalan lama mereka kepada kad pengenalan bermutu tinggi (KPT).
Bakinya telah dikenalpasti sebagai pemegang kad pengenalan palsu.
Jika mereka ditahan oleh pihak berkuasa, pi-hak polis terpaksa menggunakan 284 buah trak dengan purata 36 orang setiap trak.
Sekiranya ditahan di kem tahanan sementara kerajaan terpaksa membelanjakan RM54,668.99 sehari bagi menyara makanan 10,031 orang tahanan dengan purata RM5.45 seorang.
Paling memalukan apabila CNN dan Far Eastern Economic Review akan mengambil isu ini sebagai Lead Story yang akan di blow-up sebesar-besarnya sebagai intipati berita mereka.
Hasil rundingan dengan pihak Jabatan Pendaftaran Negara, mereka dibebaskan tanpa syarat dan kad pengenalan palsu mereka tidak dirampas.
Sebaliknya saya mengambil inisiatif meminta agar mereka yang tidak dapat menukarkan kad pengenalan mendaftar nama di dalam buku rekod dengan alasan Pejabat UMNO Bahagian Silam akan membantu mereka menyiasat kesahihan dokumen mereka.
Paling menyedihkan saya, UMNO Silam hanya gah pada nama kerana mempunyai keahlian paling ramai di Malaysia, namun hanya 10,611 orang atau 52.24 % sahaja yang berdaftar sebagai pemilih yang sah.
Saya tidak menyalahkan Yusof berhubung hal ini kerana Yusof hanya mewarisi UMNO Silam daripada Datuk Railey.
Namun Datuk Railey juga tidak bersalah kerana mewarisi ahli UMNO daripada USNO yang telah dibubarkan ketika itu.
Kelemahan paling ketara terletak di Ibu Pejabat UMNO Malaysia yang telah meng’GIGO’ (Garbage in ,Garbage Out) semua permohonan keahlian UMNO tanpa sebarang rujukan silang dengan pihak Jabatan Pendaftaran Negara dan Imigresen.
Mungkin UMNO terlalu ghairah untuk ke Sabah sehingga lupa ada tompinai dan sumandak turut berminat dengan kekacakan dan kejelitaan UMNO yang telah berpaut hati kepada Utoh, Indak, Lalla , Danda, Om, Kawang dan Alaka!
Sebagai seorang anak jati Malaysia yang lahir menjelang kelahiran Malaysia, menghirup udara permusuhan kaum Peristiwa 13 Mei 1969 dan menyaksikan sendiri Peristiwa Bom 1986 iaitu rusuhan politik di Kota Kinabalu, diambang Kerajaan Parti Bersatu Sabah menumbangkan kerajaan gergasi, Berjaya, saya tidak boleh terus menerus membiarkan kemungkaran ini terjadi.
Pada 1 April 1997 saya membuat keputusan nekad untuk meletakkan jawatan sebagai Setiausaha Kerja UMNO Silam (setelah tujuh kali surat perletakan jawatan saya ditolak) semata-mata kerana tidak mahu bersubahat dengan pucuk pimpinan parti dan mengelakkan kutukan anak cucu saya kelak.
Ibarat pelaut yang berpengalaman, dengan kemudi sudah ditangan, kapal sudah di dermaga, saya terpanggil untuk mengulas kenyataan Setiausaha Agung UMNO.
Ketika itu, Datuk Sabaruddin Cik mendedahkan kepada media kes pertindihan kad pengenalan dikesan di Sabah, di antara 4,000 hingga 5,000 kes.
Lantunan ombak dan desakan arus politik, saya membuat kenyataan akhbar yang disiarkan di muka 2 akhbar Utusan Borneo, (Sisipan The Borneo Post) keluaran 17 Julai 1997, yang bertajuk UMNO SABAH DIGESA SEGERA KENAL PASTI .
Kenyataan akhbar yang saya buat dengan hati yang suci semata-mata untuk menyelamatkan UMNO Sabah daripada sindrom terhutang budi dengan para pendatang asing.
Kenyataan tersebut ingin membersihkan jentera UMNO daripada karat ‘ketidak setiaan’ dan ‘tuba’ kemantapan parti, telah disalah tafsir sehingga isu tersebut dipolitikkan oleh pihak tertentu. Saya memperolehi hasil yang lumayan apabila orang suruhan tokoh politik tertentu telah menghadiahkan ‘buku lima’ sehingga memecahkan bibir saya pada 22 Oktober 1997.
Saya mengenali lelaki yang telah menumbuk dan menyemburkan sesuatu ke mata saya dan paling memalukan hal ini dirancang dan dilakukan oleh seorang yang paling rapat dengan saya, Ketua Cawangan UMNO Tg. Kapor Darat, Semporna, Haji Mad Saat Bin Draat (Allahyarham).
Namanya sahaja sudah cukup untuk menge-nali asal usulnya. Namun saya menyerahkan perkara ini kepada takdir Illahi dan tidak ingin memanjangkan insiden ini kerana khuatir ahli keluarga saya akan menuntut bela.
Saya teringat kata-kata Datuk Syed Kechik (Allahyarham), Mantan Pengarah Yayasan Sabah,”kadang-kadang lebih baik menjadi seorang pengecut daripada wira yang sudah mati. Sebagai pengecut boleh kembali membalas dendam atau menuntut bela tetapi seorang wira yang telah mati akan terus mati”.
Ketika membuat laporan polis saya mengatakan saya tidak mengenali lelaki tersebut tetapi saya telah memberi nombor pendaftaran kereta proton saga yang digunakan oleh para penyerang curi yang ‘bacul dan pondan’ tersebut, SA 1937J.
Namun pihak polis hanya memandang sebelah mata insiden tersebut dan secara berjenaka seorang Inspektor Polis di Lahad Datu menyatakan beliau bersedia memungut karung (maksudnya karung mayat saya).
Saya yakin sekiranya di dalam Laoh Mahfuz, saya ditakdirkan mati di Papua New Guinea pada tahun 2030, maka tidak ada yang berhak mencabut nyawa saya di Lahad Datu.
Pesan ayah saya, umur, jodoh, rezeki dan maut kerja Allah. Berbekalkan keyakinan ini saya meneruskan tugas saya sebagai wartawan di Berita Sabah dan membongkar kemungkaran demi kemungkaran, tanpa tunduk kepada ugutan dan ancaman bak kata pepatah Inggeris, “berlian adalah sebutir arang batu yang menjadi unggul akibat tekanan.”
Saya ibarat seorang Samurai yang turun ke medan perang dan telah bersedia untuk mati, tetapi lazimnya musuhnya yang sering tewas dalam pertarungan tersebut. Samurai yang sedia mati itu terus hidup dan mencipta kejayaan demi kejayaan.
Walaupun pada dasarnya setiap pendedahan yang saya buat melalui dada akhbar hanya ditertawakan oleh golongan tertentu umpama mencurah garam ke lautan, namun tugas saya sebagai wartawan, saya terpaksa mendedahkan kebenaran walaupun pahit.
Kendatipun tidak ada tindakan drastik daripada pihak berkuasa kerana masalah birokrasi, penguatkuasaan undang-undang dan bukti prima serta sekunder yang vex dan jeopardy, namun tugas saya menunaikan fardu kifayah telah selesai.
Terpulang kepada kerajaan sama ada mahu mempercayai laporan saya atau ‘membutakan’ mata mereka kerana lambat laun rakyat akan menukar kerajaan yang lemah dan penuh kemungkaran, sebagaimana yang telah terjadi kepada kerajaan-kerajaan terdahulu.
Saya tidak menyalahkan pihak berkuasa yang tidak mengambil tindakan sewajarnya kerana faktor clear card, melainkan adanya laporan rasmi. Tambahan pula dasar pentadbiran kerajaan yang tidak boleh menjadikan kenyataan akhbar sebagai kayu ukur untuk mengambil sebarang tindakan.
Tetapi sebagai rakyat Malaysia yang telah merelakan cukai pendapatan saya dan segala bentuk levi digunakan untuk membayar gaji anggota keselamatan, terutama polis, saya terkilan kerana seorang Ahli Jawatankuasa Bahagian Parti Bersatu Sabah (PBS) Lahad Datu, Tamsun Hamimun telah membuat laporan polis.
Dalam laporannya Tamsun mendakwa bahawa 10 orang ahli UMNO telah dikenalpasti memegang lebih daripada satu kad pengenalan dan memiliki kad pengenalan palsu.
Namun tidak ada sebarang tindakan daripada pihak berkuasa sehingga Tamsun mendapat cemuhan dan ejekan.
Paling aneh mereka yang didakwa memiliki dokumen palsu telah menjawat beberapa jawatan tinggi dan masih diberi kepercayaan oleh orang kenamaan, malah ada yang menerima pingat kebesaran negeri.
Sejak dilahirkan sebagai umat Islam, saya diamanahkan oleh Allah agar ‘amal makruf nahi mungkar’.
Maka saya mengambil keputusan untuk menulis buku ini untuk tatapan rakyat Sabah yang menghormati undang-undang dan ditangan mereka terletak kuasa paling ampuh untuk membentuk kerajaan atau menurunkan kuasa sebuah kerajaan, iaitu UNDI.
Bagaimana mereka boleh memasuki Istana Negeri? Bukahkah sesiapa sahaja yang ingin memasuki istana akan diperiksa. Jika PTI boleh bolos ke dalam Istana Negeri yang dijaga 24 jam, apatah lagi perairan Sabah yang semakin bocor dan terbuka. Jangan Tun lupa, bukan tunduk sebarang tunduk. Tunduk untuk mencium tangan. Hai ASP Kahar hanya pandang sahajakah? Mustahil tidak kenal atau buat-buat tidak tahu? TST, BBTT lah kan. Yang mencium tangan Tun itu Dini Padu, PTI daripada Indonesia.
Walaupun contoh yang saya berikan tidak begitu menyeluruh dan menggunakan skop kewartawanan di dalam mengemukakan fakta, namun cukup untuk membuktikan wujudnya elemen pendatang asing yang semakin menular dan menyengat senario politik tempatan.
Saya menjadikan UMNO Silam yang mempunyai ahli seramai 34,788 orang dengan 452 cawangan aktif sebagai contoh kajian kerana mempunyai ahli paling ramai dan cawangan kedua terbesar di Malaysia selepas Bahagian Semporna, maka pemilihan UMNO Silam sebagai bahan kajian kes dikira wajar dan tepat.
Saya membuat perbandingan dengan metoda ujian darah bagi pesakit yang menghidap tanda-tanda barah darah ataupun leukimia. Doktor tidak mengambil seluruh darah pesakit untuk diuji, sebaliknya hanya satu tiub kecil darah untuk mengenal pasti kandungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
Sekiranya nisbah sel darah putih terlalu tinggi dan luar biasa, maka doktor mengesyaki pesakit tersebut mungkin menghidap sesuatu penyakit darah.
Jika bukan leukimia, paling tidakpun anemia ataupun thalassemia dan lazimnya doktor akan mengadakan kajian lanjut sebelum mengemukakan diagnosa sesuatu penyakit.
Saya bolehlah diibaratkan sebagai pembantu makmal yang menjalankan ujikaji darah di makmal mengikut metoda saintifik, manakala para pembaca umpama doktor yang akan menentukan diagnosa sesuatu penyakit
Sama ada hari ini, esok atau lusa tidak penting. Tetapi jika dikesan awal, peratus kesembuhan amat tinggi dan terpulanglah kepada pembaca untuk menyembuhkan pesakit (tidak salah jika kita merujuk kepada UMNO) atau membiarkan pesakit kita itu mati menderita barah paling berbahaya, pendatang asing!
Pendedahan yang saya buat dalam buku ini bukanlah untuk menjatuhkan sesiapa, tetapi sekadar menjelaskan kedudukan sebenar hak rakyat Sabah yang telah dinoda oleh segelintir pemimpin yang tamak kuasa dan mengharapkan agar kita tidak ditohmah dan dicaci oleh anak cucu dan jurai keturunan kita kelak.
Walaupun pendedahan yang saya buat dalam buku ini tidak boleh menggugurkan walau satu bulu roma mereka yang terlibat, namun jangan lupa pembalasan dan azab yang diturunkan Illahi, yang tidak ada seorangpun yang boleh menangkisnya, melainkan mereka yang bertaubat dan kembali ke pangkal jalan!
Janganlah kita mengulangi sejarah SI KITUL yang telah menderhakai bangsa sendiri sehingga akhirnya kita ‘dijajah’ sejak berkurun.
Elemen kehadiran pendatang asing amat penting untuk diberi perhatian serius kerana mereka juga mempunyai kuasa undi (kuasa beli politik) yang ada pada setiap rakyat Malaysia. Undi mereka boleh dijadikan bargaining power untuk perdagangan politik barter trade iaitu jaminan keselamatan dan kemakmuran sebagai imbalan.
Dengan kuasa beli politik, mereka boleh menentukan corak dan senario politik tempatan. Kita akan kehilangan hak yang kita wari-si daripada nenek moyang kita untuk menentukan kerajaan, kerana undi pendatang asing semakin bercambah dan sering menjadi kuasa penentu kepada iklim politik tanah air.
Sukalah saya memetik Ucapan Dasar Mantan Presiden UMNO, Datuk Seri Dr Mahathir Mohammad pada Perhimpunan Agung UMNO Malaysia, 27 September 1985, sekadar untuk renungan pembaca;
“Undi memang penting dalam politik demokrasi moden, tetapi janganlah kerana undi kita sanggup menjual bangsa dan keturunan kita”.
Akhir kalam, izinkan saya memetik prinsip Billy P.S.Lim dalam buku BERANI GAGAL yang berbunyi;
“Agar kita tidak dilupai bila telah mati dan kereputan, tulislah sesuatu yang berfaedah untuk dibaca atau buatlah sesuatu yang berfaedah untuk ditulis”.
NOTA: Catatan ini adalah sedutan daripada buku IC PALSU Merampas Hak Anak Sabah. Buku ini Sila dapatkan naskhah asal daripada Perpustakaan di seluruh Malaysia hatta di Parlimen sekalipun untuk mengetahui lebih lanjut bahaya dan bahana PATI dan PADI!
sumber: sabahkini.net
Friday, 1 March 2013
AKIBAT MENGAMBIL WANG TANPA IZIN....
Ada satu kisah yang sangat berharga , diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di Pejabat Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat menyayat hati dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:
Pada akhir tahun 2003, isteri saya selama 11 malam tidak dapat tidur. Saya sudah berusaha membantu agar isteri saya tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cubaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa isteri saya ke Rumah Sakit Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi doktor tidak menemukan penyakit isteri saya.
Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, isteri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 gelen air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit isteri saya belum juga diketahui penyakitnya.
Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu bernilai Rp 2.5 juta. Badan isteri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan isteri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan isteri saya. Selama 3 minggu penyakit isteri saya belum dapat di identifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.
Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang doktor yang menangani isteri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk menggantiubat isteri bapak.”
“Dok, kenapa hari ini doktor minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari ubat untuk isteri saya, lalu kenapa hari ini doktor minta izin ?”
“Ini beda pak Jamil. Ubatnya lebih mahal dan ubat ini nantinya disuntikkan ke isteri bapak.”
“Berapa harganya dok?”
“Ubat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”
“Satu hari berapa kali suntik dok?”
“Sehari 3 kali suntik.”
“Bererti sehari 36 juta dok?”
“Iya pak Jamil.”
“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan isteri saya. Tolong dok, periksa isteri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit isteri saya dok.”
“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit isteri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit isteri bapak tidak ketahuan.”
“Tolong dok…., cuba doktor periksa sekali lagi. Doktor yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”
“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit isteri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti ubatnya.” Kemudian doktor memeriksa lagi.
“Iya dok.”
Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,
“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit isteriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga isteriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah isteriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit isteriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”
Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit isteriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, iaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.
Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi ketua kelas memanggil dan menanyakan saya, “Jamil, bila membayar SPP ? JaMil, bil membayar SPP ? JaMil, bila membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu rehat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.
Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit isteriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil wang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan isteri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelefon ibu saya,
“Assalamu’alaikum Ma…”
“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.
“Bagaimana khabarnya Ma ?”
“Ibu baik-baik saja Mil.”
“Terus, bagaimana khabarnya anak-anak Ma ?”
“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan isterimu saja. Bagaimana khabar isterimu Mil, bagaimana khabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.
“Belum sembuh Ma.”
“Yang
sabar ya Mil.”
Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”
“Yang mana Mil ?”
“Kejadian ketika Mama kehilangan wang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”
Kemudian di balik hujung telefon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)
“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),
“Gara-gara wang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara wang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang dengan orang kaya di kampung kita Mil. Wang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, wang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf kerana wang yang sudah mama siapkan hilang.
Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. …rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT…. SAKIT… SAKIT rasanya.”
Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil wang itu ?”
“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”
Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,
“Ma, yang mengambil wang itu saya Ma….., maka melalui telfon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu dengan Mama, Jamil akan sungkem dengan mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”
Kembali terdengar suara jeritan dari hujung telefon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil wangku kerana ia adalah puteraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”
“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”
“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil kerana terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil wang itu adalah kamu Mil.”
“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”
“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil wang itu.”
“Ma, tolong iringi dengan doa untuk isteri saya Ma agar cepat sembuh.”
“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil wangku kerana ia adalah puteraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan isteri puteraku ya Allah.”
Setelah itu, saya tutup telefon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang doktor mendatangi saya sambil berkata,
“Selamat pak Jamil. Penyakit isteri bapak sudah diketahui.”
“Apa dok?”
“Infeksi prankreas.”
Saya terus memeluk doktor tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih doktor, terima kasih doktor. Terima kasih, terima kasih dok.”
Selesai memeluk, doktor itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, isteri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk membedah cesar isteri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita bedah agar lebih mudah.”
Setelah selesai, dan saya pastikan isteri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”
Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”
Sahabat Hikmah…
Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka:
orang yang berpuasa sampai dia berbuka,
seorang penguasa yang adil,
dan doa orang yang teraniaya.
Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, ‘Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Attirmidzi)
Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:
Bila kita seorang anak:
* Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, kerana murka mereka akan membuat murka Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita.
* Jangan sampai kita berbuat zalim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, kerana doa orang teraniaya itu terkabul.
Bila kita sebagai orang tua:
* Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, kerana kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah hujungnya.
* Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka.
Semoga bermanfaat dan dapat mengambil HIKMAH..
Wassalam
Diambil dari Mutiara Hikmah
Best Regards,
F Festivalia
adaptasi dari: zilzaal
http://lazdai.org
Subscribe to:
Posts (Atom)