"Serangkap perkataan sudah cukup untuk mereka yang mahu mengambil iktibar, tetapi seribu perkataan tidak cukup bagi mereka yang keras hati"
(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)
(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)
Thursday, 22 March 2012
REMAJA YAHUDI PELUK ISLAM HASIL CHATTING
Musa Caplan nama penuhnya. Baru berusia 16 tahun. Sebelum memeluk Islam, Musa beragama Yahudi. Keluarganya bukanlah dari kalangan Yahudi tradisional (orthodok). Namun ia justru belajar agama dari penganut tradisional.
“Aku belajar agama dari kelompok Yahudi Orthodok di sinagog (rumah ibadah kaum Yahudi-red). Demikian pula pendidikan formal juga di sekolah orthodok,” tutur Musa. Tinggal di komuniti Yahudi Orthodok di Amerika Syarikat, ia seakan ”putus” kontak dengan dunia luar. Otomatis kala itu Musa tidak mempunyai teman non-Yahudi sama sekali. Melalui bantuan internetlah ia mendapatkan banyak teman, terutama dari kalangan Islam. Dari diskusi online, ia justru mulai ragu dengan agamanya dan akhirnya bersyahadah via internet. Berikut kisahnya seperti dituturkan di laman readingislam.com.
Kenal Islam melalui internet:
“Kebelakangan, sejak kenal internet, aku jadi suka chatting. Dari situlah dapat kenalan dengan berbagai macam kalangan, suku dan agama,” imbuhnya. Bahkan, e-mail Musa secara perlahan mulai terisi oleh teman-temannya yang beragama Islam. Sejak saat itulah ia mulai tertarik dan berniat mempelajari Islam.
“Aku menaruh perhatian sangat istimewa dengan Islam. Kami saling bertukar info tentang Tuhan, nabi, moral, dan nilai-nilai agama. Perlahan aku jadi tahu banyak tentang Islam. Ternyata Islam adalah agama yang penuh damai. Begitupun aku belum dapat menghilangkan imej buruk tentang Islam. Misalnya, ketika kudengar ada serangan teroris, sama seperti yang lainnya, aku menuding Islam itu ekstrem.” aku Musa. Beruntungnya ia punya kenalan online beragama Islam. “Dialah yang telah membuka pintu Islam kepadaku.”
Alhasil ia justru jadi banyak bertanya pada dirinya sendiri. Apakah agama Islam mengajarkan hal itu (membunuh orang tak berdosa)? Katanya Nabi Muhammad adalah seorang pejuang besar dan tidak pernah membunuh orang tak berdosa.
“Dari diskusi itu aku yakin Islam juga mengajarkan menghotmati, damai, dan toleransi. Tidak pernah disebutkan untuk membunuh orang selain Islam. Dalam Al-Quran ada satu pelajaran yang sangat berharga dan dalam maknanya:”Membunuh seseorang, sama dengan merusak seluruh dunia.” Musa memetik sepotong ayat Al-Quran.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan kerana orang itu membunuh orang lain, atau bukan kerana berbuat kerosakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. (Al-Ma'idah:32)
Setelah yakin Islam bukan agama perang, Musa memutuskan untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Ia justru menemukan keragu-raguan dalam agamanya sendiri.
“Entah mengapa pandanganku sangat cocok dengan pandangan Islam. Aku bahkan menduga Kitab Perjanjian Lama, misalnya, telah banyak diubah. Diubah semata-mata untuk kepentingan peribadi.”
“Hal menarik lainnya yang membawaku makin condong ke Islam adalah kebenaran ilmiah (scientific truth) yang ada dalam Al-Quran. Kandungan ilmiah Al-Quran luar biasa. Misalnya Quran menceritakan bagaimana kejadian manusia yang berawal dari sperma manusia. Asal mula kehidupan manusia sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran itu jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan,” tukas Musa mantap.
“Al-Quran juga menyatakan bagaimana gunung-gunung dibentuk dan berbicara tentang lapisan atmosfera! Ini semuanya hanya beberapa dari begitu banyaknya penemuan-penemuan ilmiah, yang telah ada dalam Al-Quran 1400-an tahun yang lalu jauh sebelum penemuan-penemuan ilmu pengetahuan saat ini. Inilah salah satu kunci atau faktor yang menghantarku menemukan kebenaran dalam kehidupan,” lanjutnya bersemangat.
Musa menambahkan ada banyak website (situs) yang sangat 'bias' dalam mengertikan ayat-ayat tertentu. Misalnya ayat-ayat tentang “perang”. Dikatakannya, kebanyakan laman-laman itu mengambil frasa “perang”tersebut untuk membawa maksud bahwa Islam agama suka perang.
“Padahal tidak demikian. Dalam bahasa Arab, kata Islam berasal dari salama yang bermakna “damai atau selamat”. Aku sangat yakin Islam agama damai.”
Tidak berani tinggalkan shalat
Melihat usianya yang masih sangat muda dan tinggal di lingkungan kaum Yahudi, Musa menghadapi banyak tentangan. Terutama dari keluarganya.
“Sungguh sangat sulit bagi mereka jika tahu aku telah berganti keyakinan. Jujur saja, keluarga dan sanak famili semua sayang padaku. Apa reaksi mereka kala mengetahui anak laki-laki kesayangannya telah masuk Islam? Karena itu, sementara waktu aku tak boleh leluasa memperlihatkan kehidupan Islam secara sempurna dalam kehidupan harian. Namun aku bersyukur kepada Allah, diberikan kekuatan hingga tetap dapat menunaikan shalat lima waktu dengan lancar. Khusus shalat, saya berjuang untuk tidak meninggalkannya,” tutur Musa.
Menariknya, tatacara amal ibadah dalam Islam, contohnya shalat dipelajarinya melalui chatting dengan rakan muslim dan juga browsing di internet.
“Paling kurang aku boleh tetap memelihara keyakinan pada Allah. Beberapa hal lain, secara fizik, sangat sulit mengekspresikannya di khalayak ramai.”
Musa belum berani memberitahukan kepada kedua orangtuanya bahawa sudah memeluk Islam. Karena itu pula ia belum berani keluar rumah untuk pergi ke masjid untuk shalat. Seperti disebutkan di atas, tempat tinggalnya adalah kawasan Yahudi Orthodoks dan masjid yang ada letaknya pun sangat jauh dengan rumahnya.
Kerana usia yang masih sangat belia, Musa kadanag-kadang sulit mengendalikan emosinya. Misalnya, waktu berdebat sesuatu tentang Muslim, katakanlah tentang Timur Tengah, hatinya jadi mudah meletup.
“Saat diskusi seluruh anggota keluarga sudah pasti mendukung Israel. Mereka tidak tahu bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Seperti bangsa Palestin, saya pikir seharusnya mereka memperlakukan rakyat disana secara baik. Ketika keluargaku bicara tentang situasi di sana, terutama saat mereka menyebut-nyebut “Tanah suci bangsa Yahudi” atau “Tanah Impian”, entah kenapa hatiku menolaknya dan bahkan ada rasa marah. Saya jadi mudah tersinggung.” aku Musa panjang lebar.
Sulitnya bersyahadah di khalayak ramai
“Aku belum mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan syahadah dengan disaksikan khalayak ramai. Meskipun begitu aku telah bersyahadah di hadapan yang Maha Menyaksikan, yakni Allah SWT. Nanti ketika umurku sudah cukup dan dianggap dewasa untuk hidup sendirian, maka aku berniat untuk melangkah ke masjid, insya Allah. Hal terpenting ketika ini adalah meningkatkan kualiti diri (iman),” ujarnya.
Diam-diam Musa bahkan mulai berdakwah dengan mengajak rakan-rakan sepermainannya untuk meninggalkan minum-minuman keras, nonton film porno, menjauhi ubat-ubatan terlarang dan juga menghilangkan kebiasaan mencuri. Namun tentu saja hal itu tidaklah mudah. Musa mencuba semampu yang ia sanggup.
“Semuanya demi dan untuk Allah. Aku berharap sepanjang waktu yang ada dapat mengerjakan apa yang Allah kehendaki dari hamba-Nya.”
Musa, uniknya, tidak mau disebut telah menemukan Islam atau masuk Islam ataupun telah mendapatkan cahaya terang selepas berada dalam kegelapan. Akan tetapi ia ingin dikatakan telah kembali kepada Islam. Semoga Allah menuntunnya kepada jalan yang benar sebagaimana Allah telah tuntun kita semua. Amiin.
Dianggap sudah mati
Peristiwa masuk Islamnya kalangan Yahudi memang sering menjadi heboh. Kebanyakan komuniti dan terlebih keluarga si muallaf tidak dapat menerima hal itu. Seperti peristiwa hilangnya seorang gadis Yahudi baru-baru ini di Yaman. Terakhir diketahui si gadis telah memeluk Islam. Khabarnya di sana peristiwa seperti itu telah puluhan kali terjadi. Untuk hal seperti itu, maka pihak keluarga si muallaf Yahudi melakukan upacara kematian dan menganggap salah satu anggota keluarganya telah mati, karena keluar dari agama Yahudi.
Maryam Jamilah, penulis buku Islam terkenal dan seorang muallaf Yahudi Amerika yang masuk Islam tahun 1961, pernah mengalami masa-masa sulit selepas berganti keyakinan. Diceritakan kala itu ia dianggap sudah tidak ada lagi oleh anggota keluarganya.
“Keluarga saya memberitahu bahwa saya sudah keluar (dari Yahudi). Saya diperingatkan, dengan memeluk Islam kehidupan saya akan sulit, Karena Islam bukan bagian dari Amerika. Dikatakan mereka, dengan menjadi Islam maka saya akan diasingkan dari keluarga dan masyarakat,” kisah wanita yang punya nama asli Margaret Marcus itu sebagaimana di laman Islamreligion.
“Jujur saja, pada masa itu saya belum begitu kuat menghadapi serangan dan tekanan seperti itu. Hingga jatuh sakit. Bahkan saya berencana berhenti dari kuliah. Selama dua tahun saya berada dalam perawatan medis khusus,” lanjutnya. Maryam mulai bersentuhan dengan Islam ketika baru berumur sepuluh tahun. Satu ketika ia pernah berujar begini.
“Lapan tahun di sekolah rendah, lalu empat tahun di sekolah menengah dan satu tahun di akademi. Saya belajar bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Latin dan Yunani, Aritmatika, Geometri, Aljabar, Biologi, Sejarah Eropa dan Amerika, Musik dan Seni, akan tetapi saya tidak pernah mengenal siapa Tuhan saya!”
Sumber: hidayatullah, 15 Maret 2008
dan The Religion of Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment