"Serangkap perkataan sudah cukup untuk mereka yang mahu mengambil iktibar, tetapi seribu perkataan tidak cukup bagi mereka yang keras hati"

(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)

Thursday 25 April 2013

KAGUM DENGAN AL QURAN, JOEL UNDERWOOD PELUK ISLAM...





"Awalnya
aku tak tahu Al-Quran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya kerana berfikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko," ujar Joel Underwood, pemuda  Inggeris yang tinggal di Kota Manchester.

Ia tersenyum geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah Islam. Betapa tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan pelancongan. Namun, berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justeru menemukan hidayah.

Joel dibesarkan dalam keluarga Kristien. Demi menjadi seorang Kristian yang taat, ia sangat rajin membaca dan memahami Alkitab. "Jika saya membaca Alkitab, saya akan membacanya dengan sangat hati-hati dan kritis dalam memahami isinya.''

Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha menjadi hamba yang taat. Kala itu, ia sama sekali tak mengenal agama Islam. ''Saya tak tahu apa pun tentang Islam. Tak kenal satu pun Muslim," ujar pemuda yang bekerja sebagai konsultan kewangan tersebut.

Saat menjadi mahasiswa di Amerika Syarikat (AS) pun, ia belum mengenal agama rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah timur laut AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari Inggeris. Keragaman etnis dan agama sangat minima di sana. Maka, sangat kecil peluangnya untuk mengenal Islam. ''Saya mengenal Islam benar-benar dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak pernah dapat  saya bayangkan," ujar Joel.

Jadi, bagaimana Joel mengenal Islam?
Peristiwa kelam 11 Septemberlah yang menjadi titik tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar desas-desus mengenai Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada keinginan sedikit pun untuk mencari tahu tentang Islam.

Keinginan untuk lebih memahami Islam mulai muncul ketika Joel berencana melakukan perjalanan ke Maroko. Saat itu, ia mencari referensi yang dapat memberikannya petunjuk umum tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya membaca buku panduan pelancongan, melainkan justeru membaca Al-Quran.

“Saya fikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah negara Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak tahu kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya kerana saya belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,'' kata Joel sambil  tersenyum lebar.

Di luar dugaannya, begitu membaca Al-Quran, Joel langsung jatuh hati dan ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan membacanya, Joel baru tahu bahwa Al-Quran merupakan Kitab Suci umat Islam. "Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah Kitab Suci umat Islam kerana saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Al-Quran ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristien atau Yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan.''

Makin Ingintahu

Saat di Maroko, Joel makin ingin tahu  dengan Al-Quran. Ketika berkunjung ke berbagai tempat di Maroko, Joel yang melancong bersama  isteri merasa terus ingin membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa jadi  begitu. Hal yang pasti, ketika pertama kali membaca Al-Quran, ia telah terpesona dengan kekayaan isinya.

Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih banyak mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New Hampshire, ia melihat sebuah iklan mengumpul  dana yang dibuat sebuah yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam. ''Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya fikir ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tentang Islam," kata Joel.

Singkat cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang. Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam. Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian mempelajari Al-Quran.

Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera saja Joel menuju masjid itu. Saat tiba di sana, ia merasa senang kerana disambut dengan baik. Tak ada sedikit pun prasangka negatif dari Muslimin terhadapnya. ''Tak ada orang berkata, 'apa yang kau lakukan di sini?' Atau 'Anda tidak sesuai  di sini’." “Mereka sangat ramah dan mendakapku. Mereka justeru mendatangi saya dan menanyakan 'bagaimana saya dapat membantu Anda?' Jadi, aku diterima dengan sangat hangat," tuturnya bahagia. Tak lama kemudian, Joel pun mengucap syahadat dan memeluk Islam.

Yakin Selalu Istiqamah

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak boleh  sekadar cuba-cuba. Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ''Anda tidak boleh mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa tahun saja dan berkata, 'oh, ini sulit bagi saya' dan kembali pada keyakinan sebelumnya,'' kata Joel.

Menurut dia
, banyak mualaf yang masih berfikir seperti itu sehingga mereka sulit mempertahankan hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia bukan jenis mualaf seperti itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan keislamannya dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya terdalam, telah tertanam pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang telah diperolehnya dengan cara unik dan luar biasa. "Jadi, saya berkomitmen bahwa saya harus memeluk agama ini seumur hidup.''

      "Kita hanya menyampaikan pesan
          Hidayah itu milik Allah"


   


sumber : Republika

No comments:

Post a Comment