"Serangkap perkataan sudah cukup untuk mereka yang mahu mengambil iktibar, tetapi seribu perkataan tidak cukup bagi mereka yang keras hati"

(UNTUK KESAN BACKGROUND MUSIC TERBAIK, SILA SET KAN VOLUME 20-25 SAHAJA, TQ)

Tuesday 25 December 2012

AKU MENIKAHIMU KERANA ALLAH....




Pernikahan Islam

Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkahwinanku. Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,

“Jadi juga kau nikah dengan guni karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat terngiang-ngiang  mendengar ucapan itu. Masakan calon isteriku disebut ‘guni karung hitam’.

“Kamu sudah kena buatan  barangkali Yanto. Masakan  suka dengan gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.

“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah kepada  ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.

“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu berbanding keluargamu. baiklah Yanto. Silakan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”

Denggg!!

“Yanto…. jangan termenung terus. Sebentar lagi jurunikah  tiba,” teguran Ismail membuyarkan lamunanku.

Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

“Alhamdulillah jurunikah  sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.

“Aku terima nikahnya, kahwinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin sepasang  alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.

“Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”

Isteriku


Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.

“Assalamu’alaikum …. permintaan hafalan Qur’annya mau di cek bila ye’…?”

tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.


Sebelum menikah, isteriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
“Nanti saja dalam qiyamullail,” jawab isteriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut tudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah isteriku ‘tidak menarik’. Sekilas  fikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.

Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

“Bang, sudah saya katakan sejak awal ta’aruf, bahwa fizik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristerikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayah kepada Imam Malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada iserinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibu kepada  Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka,” …

"Dan bergaullah dengan mereka (isterimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerana mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur isteriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu dengan halus. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

Kasih Sayang

“Ya Rabb aku menikahinya kerana Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.”

Perlahan kudekati isteriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam deakapanku. Sementara, isteriku menangis tersedu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.

“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.

“Tidak…Dik’. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu kerana Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a kubentangkan pada Nya.

Robbi, tak dapat kumungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih isteri kerana rupa yang cantik kerana aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa

cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !


Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah isteriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam- malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.

Ia sentiasa menjaga hafalan Kitab-Nya. Dan sentiasa melaksanakan shoum sunat.
.

“…dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah …” (QS. al- Baqarah:165)

Bahawa cinta itu memerlukan pembuktian, dan aku berharap inilah tanda cinta itu. Aku hanya mengharap redha Allah, dan melupakan kehendak nafsuku sendiri.

=========================================

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat Yang Maha Pengasih…


sumber:  http://tausyah.wordpress.com

No comments:

Post a Comment